NUKILAN.id | Opini – Menghadapi Pilkada 2024, panggung politik Aceh memanas dengan kabar empat partai nasional (Parnas) yang meminang Ketua Umum Partai Aceh, Muzakkir Manaf, sebagai bakal calon gubernur. Golkar, Gerindra, PAN, dan Demokrat secara terang-terangan mengambil formulir pendaftaran untuk bakal calon wakil gubernur, menunjukkan ketertarikan serius mereka terhadap politisi yang dikenal sebagai Mualem.
Banyak yang menafsirkan bahwa Partai Nasional (Parnas) tampak merasa terancam oleh kekuatan politik lokal. Langkah mereka yang mengusung Muzakir Manaf alias Mualem sebagai calon gubernur menimbulkan spekulasi bahwa kecemasan mereka akan kekalahan dari Partai Aceh sangatlah nyata. Namun, apakah kekhawatiran ini beralasan?
Pertama-tama, kita perlu menghadapi realita bahwa Pilgub Aceh bukan lagi ajang konflik dan ketegangan. Meskipun demikian, Parnas terjebak dalam pandangan masa lalu di mana konflik dan ketidakpastian politik menguasai panggung. Padahal, Pilgub Aceh pada 2017 berlangsung damai dan demokratis. Pesta demokrasi itu tidak hanya aman, tetapi juga menunjukkan tingkat kompetisi yang sehat. Jadi, mengapa Parnas masih terperangkap dalam ketakutan akan potensi konflik?
Kedua, Parnas tampaknya tidak belajar dari pelajaran sejarah terbaru, yakni Pemilu 2024. Hasil Pemilu tersebut menunjukkan bahwa Partai Aceh hanya mampu memperoleh suara sekitar 24 persen. Ini menandakan bahwa mayoritas pemilih Aceh berada di luar jangkauan Partai Aceh. Parnas seharusnya melihat peluang ini sebagai momentum untuk bersinergi dengan kekuatan lain di Aceh.
Parnas harus melepaskan paradigma lama yang menyatakan bahwa partai lokal memiliki keunggulan mutlak di kancah politik Aceh. Sebaliknya, mereka harus menyadari bahwa mereka memiliki potensi untuk menjadi kekuatan penyeimbang yang signifikan. Dalam konteks Pilgub Aceh, Parnas dapat menjadi agen perubahan yang menggerakkan dinamika politik dengan mencalonkan kandidat gubernur mereka sendiri.
Memang, tantangan akan ada. Namun, tantangan itu harus dilihat sebagai peluang untuk membuktikan keberanian dan komitmen Parnas dalam memperjuangkan kepentingan rakyat Aceh secara menyeluruh. Melalui upaya kolaboratif dan strategis dengan pihak lain yang memiliki visi yang sejalan, Parnas dapat memanfaatkan potensi yang ada untuk meraih kesuksesan dalam Pilgub Aceh.
Sebagai sebuah opini, kita tidak boleh mengabaikan pentingnya memiliki pilihan yang beragam dalam sebuah proses demokratis. Kehadiran Parnas sebagai alternatif yang kuat dapat memberikan warna baru dalam arena politik Aceh yang selama ini mungkin terlalu didominasi oleh satu kekuatan. Dengan begitu, masyarakat Aceh memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin yang terbaik, yang mampu merepresentasikan kepentingan semua lapisan masyarakat.
Namun, untuk mencapai hal ini, Parnas harus berani mengambil langkah proaktif. Mereka harus meyakini bahwa kekhawatiran dan ketidakpastian bukanlah alasan untuk mundur. Sebaliknya, hal itu harus menjadi pemicu untuk bergerak maju dengan lebih kuat dan lebih percaya diri.
Dalam menghadapi Pilgub Aceh, Parnas harus memperlihatkan sikap yang lebih progresif dan proaktif. Mereka harus mengambil peran yang lebih aktif dalam membentuk agenda politik Aceh ke depannya. Ini bukan hanya tentang memenangkan suara, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih baik bagi semua warga Aceh.
Kita berharap bahwa Parnas dapat melihat potensi besar yang ada di Aceh dan bertindak sesuai dengan tanggung jawab mereka sebagai salah satu kekuatan politik yang signifikan. Dengan demikian, Pilgub Aceh dapat menjadi contoh bagi seluruh Indonesia tentang bagaimana sebuah kompetisi politik dapat dilaksanakan secara damai, demokratis, dan berdampak positif bagi masyarakat secara luas.
Penulis: Akil Rahmatillah (Alumni Ilmu Pemerintahan-USK)