Mengenal Musang Sulawesi si Pemalu dan Dijuluki Satwa Misterius

Share

Nukilan.id – Di Sulawesi, ada dua jenis musang yang sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang, terutama dari segi karakteristik dan pembedanya jika dibandikan dengan ragam jenis musang lain yang ada di Indonesia, pertama yakni musang tenggalung, dan kedua musang luwak yang paling disorot karena perannya dalam memproses biji kopi.

Selain dua jenis musang di atas yang pada dasarnya dapat dijumpai pada wilayah luar Indonesia khususnya di kawasan Asia Tenggara, sebenarnya ada satu jenis musang endemik yang hingga saat ini masih misterius dan belum diketahui secara mendetail karakteristiknya.

Sesuai habitat, hewan yang dimaksud adalah Musang Sulawesi atau Sulawesi Palm Civet, dan memiliki nama ilmiah Macrogalidia musschenbroekii.

Hewan ini disebut misterius karena keberadaannya memang sulit dijumpai secara langsung, dan diyakini memiliki sifat yang sangat sensitif terhadap kehadiran manusia. Bahkan, selama 15 tahun terkahir sebelum tahun 2018, jejak dari hewan satu ini sangat sulit untuk dijumpai sehingga kerap dianggap sudah punah.

Hingga pada kisaran tahun tersebut, keberadaan musang sulawesi terdeteksi setelah adanya individu yang terjerat perangkap yang biasa digunakan untuk memburu babi hutan.

Seperti apa sebenernya karakteristik musang sulawesi?

Mengutip penjelasan KLHK, musang sulawesi pertama kali diidentifikasi pada tahun 1877. Sama seperti banyak hewan lain yang memiliki penjulukan berbeda, dalam Bahasa Bugis musang sulawesi lebih dikenal dengan nama Tingkalung dan Cingkalung, sementara itu dalam Bahasa Kaili dan Kulawi di Sulawesi Tengah, hewan ini dijuluki Hulaku.

Musang sulawesi memiliki panjang tubuh antara 65-71 cm, belum termasuk panjang ekor yang berkisar antara 44-54 cm. Bobotnya juga disebut bisa bertambah hingga kisaran 3,8-6,1 kilogram.

Tubuhnya berwarna cokelat dengan kondisi lebih pucat pada bagian bawah. Lain itu, ada juga bintik-bintik cokelat tipis di sisi dan punggung bawah, dan ditutupi dengan rambut pendek merata di seluruh bagian tubuh.

Memiliki kaki yang relatif pendek, pada bagian moncong musang sulawesi ditumbuhi dengan kumis. Sementara itu ketika sudah dewasa, ukurannya diyakni juga bisa mencapai ukuran seekor anjing dewasa.

Perkembangbiakan yang masih misterius

Misterius dan pemalu, adalah dua ungkapan untuk menggambarkan karakter hewan satu ini. Seperti kebanyakan musang lainnya, musang sulawesi bersifat soliter dan aktif pada malam hari serta lebih banyak melakukan aktivitas di atas pohon.

Menurut ciri-ciri yang dijabarkan oleh Abdul Haris, selaku peneliti sekaligus dosen Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan asal IPB, dalam sebuah buku berjudul Manual Identifikasi dan Bio-Ekologi Spesies Kunci di Sulawesi, musang sulawesi biasanya mengeluarkan suara agak melengking dan melolong dengan nada piuuuā€¦ piuuuā€¦ piuuā€¦ secara berulang, ketika mencari pakan dan berkomunikasi dengan pasangan atau kawanannya.

Karena belum ada penelitian lebih lanjut dan pengamatan lebih memadai, reproduksi hewan satu ini juga belum diketahui secara jelas. Meski begitu, musang sulawesi diketahui biasa memburu burung dan hewan kecil pengerat seperti berbagai jenis tikus, reptil, dan serangga sebagai mangsanya.

Sejak pertama kali ditemukan kembali keberadaannya pada tahun 2018 lalu di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) yang wilayahnya berada di Gorontalo dan Bolaang Mongondow, serta di kawasan Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara, hingga saat ini keberadaan musang sulawesi juga mulai banyak terlihat di Sulawesi Tengah dan Tenggara tepatnya di kawasan TN Bogani Nani Wartabone, TN Rawa Aopa Watumohai, SM Tanjung peropa, dan TWA Mangolo.

Musang Sulawesi juga kerap ditemui di Sulawesi bagian barat, mencakup pegunungan di Toraja, Pinrang, dan Mamasa, tepatnya di Gunung Gandang Dewata dan Gunung Mambulilling. Biasanya, mereka dapat dijumpai pada kawasan hutan primer, sekunder, dan perkebunan masyarakat sampai ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut.

Tidak diketahui secara jelas jumlah populasinya, namun musang sulawesi masuk dalam daftar hewan terancam punah dalam status vulnerable menurut IUCN, berdasarkan pendataan terakhir yang dilakukan pada tahun 2015. [GNFI]

spot_img

Read more

Local News