Mengenal Kernuduk, Tumbuhan Obat Penjaga Keseimbangan Lingkungan

Share

Nukilan.id – Tumbuhan perdu ini memiliki nama ilmiah Rhodomyrtus tomentosa. Buahnya merah, rasanya manis dengan tekstur berserat.

Di Indonesia tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama, seperti kemunting (Sumatera Utara, Sumatera Selatan), harimonting (Batak), karamuntiang (Sumatera Barat), kalimuntiong (Riau), dan masisin (Kalimantan). Khusus di Bangka Belitung, sebutannya kernuduk atau keraduduk.

“Nama ini mungkin berasal dari pengamatan orangtua dulu, yang sering melihat kera atau monyet memakan buah tersebut sembari duduk,” kata Sukardi, tokoh adat di Dusun Tuing, Kabupaten Bangka, kepada Mongabay Indonesia, Kamis (10/03/2022).

Kernuduk yang termasuk suku Myrtaceae (jambu-jambuan) selain ditemukan di Sumatera dan Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah), tersebar juga di Vietnam, China, Jepang, Thailand, Filipina, dan Malaysia.

Kernuduk tergolong tahan banting terhadap berbagai kondisi lingkungan. Di Pulau Bangka, dapat tumbuh di tanah dengan kadar garam tinggi, seperti tepi pantai.

“Lebih sering dilihat di dataran rendah subur, tapi tidak jarang di puncak bukit, seperti di bukit Tuing yang datarannya didominasi bebatuan,” kata Bilal, pemuda Dusun Tuing yang sering mendaki bukit setinggi 300 meter itu.

Kernuduk direkomendasikan sebagai tumbuhan lokal untuk revegetasi lahan eks tambang timah. Seperti diungkapkan penelitian oleh Mohammad Fadhillah dan kawan-kawan dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

“Karamunting dapat mengembalikan keseimbangan lingkungan bekas tambang, memicu tumbuhnya vegetasi lain,” tulisnya.

Penelitian lain menunjukkan, karamunting dapat menginvasi berbagai habitat, dari hutan pinus hingga semak mangrove. Karamunting juga dapat beradaptasi terhadap kebakaran, artinya cepat tumbuh dan bertunas kembali (Wei et al., 20019).

Potensi medis

Berdasarkan buku berjudul “Tumbuhan Obat Suku Lom” yang ditulis Budi Afriansyah dan kawan-kawan, sekitar 50 jenis tumbuhan dimanfaatkan Suku Melayu tua di Pulau Bangka. Termasuk daun kernuduk, dimanfaakan sebagai obat sakit perut.

Henri, peneliti etnobiologi dari Universitas Bangka Belitung mengatakan, kernuduk biasa tumbuh di hutan atau sekitar perkebunan warga di Bangka Belitung.

“Warga tahu manfaatnya. Di sisi lain, kernuduk memiliki kandungan antioksidan tinggi untuk kesehatan,” katanya, pertengahan Maret 2022.

Dikutip dari buku terbitan UNAS Press 2019 berjudul “Potensi Medisinal Karamunting [Rhodomyrtus tomentosa]” oleh Ernawati Sinaga dan kawan-kawan, dijelaskan karamunting mengandung lebih dari 100 senyawa yang mempunyai nilai obat.

“Daunnya untuk mengobati kolik, disentri, sepsis, tuberkolosis, abses, pendarahan, dan ginekopati. Di Thailand, akarnya digunakan secara tradisional sebagai obat demam, diare, dan disentri sedangkan di China untuk mengobati infeksi saluran urine,” tulis penelitian.

Di Singapura, masyarakat Chinese menggunakan daunnya untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri (analgesika), sedangkan akarnya digunakan untuk mengatasi perih atau sesak yang disebabkan asam lambung berlebihan (heartburn). Bijinya, sebagai tonikum untuk saluran cerna serta mengobati gigitan ular.

Penelitian yang sama menjelaskan, buah karamunting memiliki kandungan nutrisi tinggi, serat, vitamin dan mineral.

“Bahkan kandungan Vitamin E buah karamunting lebih besar dibandingkan mangga dan alpukat,” tulisnya.

Pengganti Anggur

Selama ini orang mengenal anggur sebagai buah yang mengandung senyawa stilbene tinggi. Senyawa ini memiliki kandungan resveratrol ampuh, berkhasiat sebagai anti-inflamasi, anti-kanker, serta agen kemoprotektif.

Penelitian Ernawati Sinaga dan kawan-kawan menyatakan, buah karamunting matang mengandung 2,3 mg piceatannol/gram berat buah kering.

“Kandungan ini 1.000 hingga 2.000 kali lebih besar dari anggur merah, yang selama ini dianggap sumber utama senyawa stilben dalam makanan,” tulisnya.

Di Phu Quoc Island, Vietnam bagian selatan, terdapat perkebunan karamunting untuk membuat minuman wine atau anggur dari buah karamunting.

“Minuman tersebut dikenal dengan nama “Ruou Sim atau Routusim.”

Di Indonesia, buah karamunting tua dijadikan jus, selai, dodol, pie, kue tart, salad, serta pewarna alami makanan.

Penelitian yang sama menyatakan, sebuah proyek ilmiah “Agrofolio” memasukkan karamunting dalam daftar 240 spesies “terabaikan” atau “Neglected and Underutilized Crop Species”.

“Karamunting terbukti memiliki banyak manfaat, mudah dibudidayakan, tanpa perawatan yang rumit, bahkan cenderung invasif. Pengembangan dan pemanfaatannya harus lebih ditingkatkan,” jelas para peneliti. [Mongabay]

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News