Monday, June 17, 2024

Memimpin dalam Kompleksitas Strategi Kepemimpinan Inklusif Hadapi Tantangan Cepat dan Beragam

Nukilan.id | Banda Aceh – Dinamika pekerjaan adalah hal yang harus dihadapi dan diselesaikan. Menghadapi situasi kompleks penting untuk menerapkan konsep leadership yang inklusif. Konsep leadership inkusif ini memastikan bahwa semua orang dalam tim atau lingkungan kerja merasa dihargai, didengar, dan didorong untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pencapaian tujuan bersama.

CEO Save Education Aceh (SEA) sekaligus guru SMPN 1 Banda Aceh, Aishah mengatakan, ada beberapa hal yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan agar tujuan bersama tersebut tercapai, yakni keterbukaan dan keterlibatan. Hal ini penting bagi seorang pemimpin untuk menjadi terbuka terhadap berbagai pandangan, pengalaman, dan ide-ide yang dimiliki oleh anggota tim atau pihak-pihak terkait lainnya. Mendorong keterlibatan aktif dari semua pihak dalam proses pengambilan keputusan agar membantu mendapatkan wawasan yang lebih luas dan solusi yang lebih beragam untuk menghadapi situasi yang kompleks.

Ia juga menyampaikan, empati dan penghargaan terhadap keanekaragaman di mana seorang pemimpin inklusif perlu memiliki kemampuan empati yang kuat dan menghargai keberagaman dalam tim atau lingkungan kerja. Ini termasuk memahami perspektif dan kebutuhan berbagai pihak yang terlibat dalam situasi yang kompleks, serta menghormati perbedaan budaya, latar belakang, dan pengalaman mereka. Kemudian kolaborasi dan pemberdayaan, seorang pemimpin baik untuk memfasilitasi kolaborasi yang produktif dan memberdayakan anggota tim untuk berkontribusi secara maksimal.

Hal yang dimaksud tersebut merupakan aspek penting dari kepemimpinan inklusif. Pemimpin dapat melakukan atau mendorong komunikasi terbuka, membangun hubungan kerja yang saling percaya, dan memberikan dukungan serta sumber daya yang diperlukan untuk memungkinkan setiap orang mencapai potensi mereka. Ada juga keberagaman pemikiran, seorang pemimpin inklusif menghargai keberagaman pemikiran dan pendekatan dalam menyelesaikan masalah atau menghadapi situasi yang kompleks.

“Mendorong diskusi terbuka dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang dapat membantu menghasilkan solusi yang lebih inovatif dan efektif,” ucapnya saat diwawancarai Nukilan.id, Jumat (24/5/2024).

Kemudian, pembangunan kapasitas dan peningkatan keterampilan, yakni pemimpin inklusif tidak hanya memperhatikan hasil kerja, tetapi juga memperhatikan perkembangan dan kesejahteraan individu timnya. Termasuk memberikan pelatihan dan dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas anggota tim sehingga mereka dapat lebih efektif menghadapi situasi yang kompleks. Konsep di atas hanya akan tinggal teori jika tidak didukung oleh langkah yang konkret dalam mewujudkannya.

Maka kata Aishah, ada hal atau langkah praktis, diantaranya komunikasi yang jelas dan terbuka menjadi kunci untuk memastikan bahwa semua orang memahami tujuan, harapan, dan tindakan yang diperlukan. Pemimpin perlu mengomunikasikan dengan jelas mengenai target yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu serta memfasilitasi dialog terbuka dalam memahami masalah dan tantangan yang dihadapi oleh bawahan.

“Ada juga pendelegasian tugas yang efektif, pendelegasian tugas dengan bijaksana  penting untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan efisien,” ujarnya.

Ia juga menyebut, pemimpin perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing bawahan serta memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan keahlian mereka. Lanjut, pengambilan keputusan cepat dan berbasis fakta, yakni dalam situasi yang membutuhkan langkah cepat. Pemimpin harus dapat mengambil keputusan, langkah cepat, dan tepat dari informasi relevan yang terkumpul dengan mempertimbangkan berbagai opsi dan mengambil keputusan berdasarkan fakta serta data yang tersedia.

Masih ada hal lain, yaitu mendorong kolaborasi dan keterlibatan, di sini pemimpin dapat memfasilitasi diskusi singkat atau pertemuan tim untuk mendengarkan berbagai sudut pandang dan memperoleh masukan dari bawahan sebelum mengambil keputusan. Namun penting bahwa kadang kenyataannya bawahan merasa segan atau tidak percaya diri dalam memberikan masukan, maka sangat penting untuk pemimpin melakukan jeda dengan mengambil dan memberikan waktu untuk bawahan agar mereka mengeluarkan ide dan perspektifnya.

Selanjutnya, membangun keterampilan dan empati dan pemahaman. Dalam menghadapi bawahan dengan keberagaman pola dan karakter, seorang pemimpin perlu keterampilan empati dan pemahaman yang kuat. Hal ini termasuk memahami kebutuhan preferensi individu serta menyusun strategi kepemimpinan yang dapat mengakomodasi keberagaman tersebut untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kemudian, ada pemantauan dan umpan balik terus menerus, yakni secara teratur memantau kemajuan pekerjaan dan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada bawahan.

Hal tersebut juga dapat membantu memastikan bahwa semua orang tetap fokus pada target yang telah ditetapkan dan memiliki kesempatan untuk memperbaiki kinerja mereka jika diperlukan. Harapannya, langkah-langkah tersebut dapat memimpin dengan efektif dan seorang pemimpin dapat menangkap spektrum dalam situasi yang kompleks dan dinamis serta menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul untuk mencapai target dalam waktu yang ditetapkan.

“Saya dedikasikan juga hal ini untuk suami saya yang sedang bekerja keras dengan kesungguhan dan keyakinan, yakinlah bahwa pekerjaan adalah bagian dari tanggungjawab sebagai suami dan insan bangsa dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam kehidupannya,” pungkasnya.

Reporter : Auliana Rizky

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img