Memetik Pelajaran dari Pengabdian: Perjuangan Mahasiswa Keperawatan di RSUD dr. Zainoel Abidin

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh — Setiap pagi sebelum matahari sepenuhnya menyinari kota Banda Aceh, Asyraf Rahman sudah mengenakan seragam putih bersih, lengkap dengan stetoskop yang tergantung di lehernya. Langkah-langkah kakinya yang mantap menuju bangsal perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin adalah bukti nyata perjuangan dalam dunia ekonomi perawatan, sebuah sektor yang sering luput dari perhatian, tetapi menopang kebutuhan esensial kehidupan manusia.

Bersama puluhan rekan mahasiswa lain dari Program Studi Keperawatan Universitas Syiah Kuala, Asyraf menjalani masa co-assistensi (co-ass). Masa ini, yang biasa disebut sebagai tahap akhir pendidikan sebelum resmi menyandang gelar perawat profesional, bukan hanya tentang belajar teori medis dan praktik klinis, tetapi juga tentang menghadapi kenyataan hidup yang penuh tantangan.

“Di sini kami tidak hanya belajar merawat pasien secara fisik,” ujar Asyraf dengan mata yang sedikit memerah karena kurang tidur. “Kami juga harus belajar memahami rasa takut, cemas, dan harapan mereka. Ada tanggung jawab besar untuk memberikan perhatian yang tulus.”

Beban yang ditanggung oleh mahasiswa keperawatan dalam co-ass tidak ringan. Dari pagi hingga larut malam, mereka bergiliran memantau kondisi pasien, memberikan obat, hingga membantu prosedur medis yang rumit. Semua dilakukan dengan tingkat kewaspadaan tinggi, sering kali dengan istirahat yang minim. Perjuangan ini semakin berat ketika mereka harus mengelola emosi saat menghadapi pasien yang dalam kondisi kritis atau bahkan kehilangan nyawa.

“Kami pernah merawat seorang pasien lansia yang dirawat akibat stroke. Setiap harinya, keluarga pasien menunggu dengan cemas,” cerita Sarah Fitriani, salah satu mahasiswa keperawatan lainnya. “Ketika akhirnya beliau meninggal, kami ikut merasakan duka yang dalam. Itu mengajarkan saya bahwa perawatan bukan hanya tentang tindakan medis, tapi juga pendampingan hati.”

Meski mereka berada di garis depan perawatan kesehatan, mahasiswa co-ass sering kali menghadapi stigma dari masyarakat. Banyak yang memandang pekerjaan mereka sebagai tugas bawahan dibandingkan dokter atau spesialis. Padahal, peran perawat adalah elemen inti dalam sistem kesehatan.

“Ada saat di mana saya merasa diremehkan,” kata Ridwan Aziz, dengan suara tenang. “Tapi saya ingat bahwa merawat orang sakit adalah panggilan jiwa. Meskipun kerja kami terkadang tak terlihat, dampaknya nyata bagi setiap pasien yang kembali pulih.”

Ekonomi perawatan (care economy) adalah fondasi yang menopang masyarakat sehat dan produktif. Pekerjaan yang dilakukan mahasiswa keperawatan—dari mengurus pasien hingga menjaga kebersihan diri mereka—merupakan bentuk nyata dari investasi sosial yang sering kali tidak dihitung dalam angka-angka produk domestik bruto (PDB).

Menurut sebuah laporan dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), pekerjaan di sektor perawatan menyumbang signifikan terhadap perekonomian global, tetapi tetap kurang dihargai secara finansial dan sosial. Banyak negara kini mulai mendorong pengakuan lebih besar terhadap sektor ini, termasuk memberikan perlindungan kerja yang lebih baik dan pengupahan layak bagi tenaga perawat dan pengasuh.

Bagi mahasiswa keperawatan Universitas Syiah Kuala, menjalani co-ass adalah perjalanan pengorbanan dan pelajaran hidup yang tak tergantikan. “Saya ingin menjadi perawat yang tak hanya terampil secara klinis, tapi juga memiliki empati tinggi,” ujar Sarah. “Pengalaman ini menanamkan rasa hormat yang mendalam terhadap semua orang yang bekerja di bidang perawatan.”

Langkah kecil Asyraf, Sarah, dan Ridwan di koridor rumah sakit adalah simbol dari harapan besar. Mereka membuktikan bahwa ekonomi perawatan bukan hanya tentang angka dan statistik, melainkan tentang manusia yang merawat manusia lain, dengan cinta, kehangatan, dan kemanusiaan. Di balik setiap pasien yang sembuh, ada cerita perjuangan tanpa henti dari mereka yang memilih jalan ini dengan sepenuh hati.

Repporter: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News