Melihat Keindahan dan Sejarah Wastra Aceh

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh — Wastra Aceh, salah satu warisan budaya yang penuh makna dari Tanah Rencong, kini dapat disaksikan lebih dekat di Museum Aceh. Kain tradisional yang terkenal akan keindahan dan keunikan motifnya ini menyimpan filosofi mendalam serta sejarah panjang yang mencerminkan kejayaan peradaban Aceh di masa lampau.

Di Museum Aceh, pengunjung dapat menikmati pameran kain-kain wastra Aceh yang mayoritas terbuat dari sutera alami. Sutera ini memberikan tekstur lembut dengan kilau yang khas, menjadikannya simbol keanggunan dan kemewahan. Motif-motif pada kain didominasi oleh motif flora seperti bunga jeumpa, motif geometris seperti pucuk rebung, serta motif pintu Aceh yang melambangkan kekuatan dan keterbukaan budaya Aceh.

Darin informasi yang diperoleh Nukilan.id, setiap helai kain ini merupakan hasil dari proses tenun tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Selain itu, warna-warna kain didominasi oleh warna alam seperti cokelat, merah, dan kuning, yang dipercaya memiliki makna filosofis mendalam.

Wastra Aceh telah dikenal sejak abad ke-16, bahkan pada masa itu dianggap mampu menyaingi kualitas sutera dari India dan Tiongkok. Kain ini pernah menjadi salah satu komoditas perdagangan utama Aceh dan menjadi simbol status sosial.

Pada abad ke-18, kain-kain ini juga digunakan sebagai alat diplomasi budaya antara Aceh dengan negara-negara lain, termasuk India dan Tiongkok.

Salah satu tradisi unik yang ditampilkan dalam pameran adalah “12 Hah,” yaitu tradisi penggunaan 12 lapis kain bermotif sama oleh wanita Aceh untuk menutup aurat. Hal ini menjadi bukti bahwa wastra Aceh tidak hanya bernilai estetika tetapi juga sarat makna religius.

Sejumlah pengunjung yang datang ke Museum Aceh mengaku terpesona dengan pameran ini. Aulia, seorang pengunjung asal Medan, menyebutkan bahwa pameran wastra Aceh memberinya wawasan baru tentang budaya Aceh.

“Motif-motifnya indah sekali, dan ternyata setiap motif punya cerita. Saya jadi semakin menghargai kekayaan budaya Aceh,” ujarnya saat diwawancarai Nukilan.id pada Minggu (29/12/2024).

Sementara itu, Zikri, seorang wisatawan dari Jakarta, terkesan dengan proses pembuatan kain yang membutuhkan ketelitian tinggi.

“Melihat langsung bagaimana kain ini ditenun membuat saya sadar, kain tradisional seperti ini benar-benar karya seni yang bernilai. Ini bukan sekadar kain, tapi warisan budaya yang harus kita jaga,” katanya.

Rara, mahasiswa asal Banda Aceh, menyampaikan harapannya agar generasi muda lebih peduli terhadap wastra Aceh.

“Ini penting banget. Kalau kita tidak melestarikan, siapa lagi? Saya harap ini bisa jadi inspirasi bagi anak muda Aceh untuk lebih mencintai budaya kita,” katanya penuh semangat.

Pameran wastra Aceh di Museum Aceh ini menjadi destinasi wajib bagi siapa pun yang ingin memahami lebih dalam keindahan seni dan sejarah Aceh. Selain menikmati kain-kain tradisional, pengunjung juga dapat menyaksikan pengrajin tenun bekerja langsung, sehingga dapat menghargai betapa rumitnya proses pembuatan wastra Aceh.

Dengan berbagai upaya pelestarian ini, wastra Aceh tidak hanya menjadi warisan masa lalu, tetapi juga bagian dari kebanggaan budaya Indonesia yang terus hidup di masa depan. (xrq)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News