Melihat Danau Tempe, Penghasil Ikan Tawar Terbesar di Dunia

Share

Nukilan.id – Danau Tempe merupakan salah satu pesona alam yang dimiliki oleh Sulawesi Selatan. Danau yang terbentuk secara alami ini menempati posisi kedua sebagai danau terbesar di Provinsi Sulsel.

Terbentuk bersamaan dengan daratan Sulawesi yang berada di atas lempeng Australia dan Asia, danau ini memiliki area yang luas yakni sekitar 350 km persegi. Luas wilayahnya berada di tiga kabupaten, yakni Wajo, Sidenreng Rappang (Sidrap), dan Soppeng.

Suryadin Laoddang, warga sekitar mengungkapkan dahulu Danau Tempe merupakan penghasil Red Beans atau kacang merah terbesar, mulai abad ke-8 Masehi sampai ke abad 14 Masehi.

Kacang merah merupakan kacang yang paling mahal di Eropa terutama di Rusia dan cikal bakalnya dari pinggiran Danau Tempe. Kacang merah dalam bahasa Bugis disebut dengan Cempe yang kemudian menjadi nama danau.

“Dan ini kemudian berulang-ulang dari generasi ke generasi sehingga berubah nama menjadi tempe dan itu adalah asal mula penamaan dari pada Danau Tempe,” ungkap pria yang bekerja sebagai dosen yang dimuat di Poros Nusantara.

Danau ini juga menjadi tempat mencari penghidupan bagi masyarakat lokal, hal ini bisa dilihat dari kejauhan beberapa rumah apung milik nelayan. Rumah tradisional ini keberadaannya menjadi daya tarik tersendiri.

Rumah apung tersebut terbuat dari bambu dan dibangun tanpa sekat, hanya ada satu ruangan yang ada di rumah apung tersebut. Dengan berada di rumah apung itu, Anda bisa melihat beragam jenis bunga air sambil menunggu matahari terbit atau terbenam.

Selain menyajikan pesona alam yang masih asri, masyarakat lokal juga masih mempertahankan budaya lokal yang biasa dilaksanakan di sekitar Danau Tempe. Acara ini adalah Festival Maccera Tappareng.

Festival ini adalah upacara untuk menyucikan danau yang diselenggarakan setiap tanggal 23 Agustus dan merupakan acara tahunan. Dalam acara ini penyembelihan sapi yang dipimpin oleh ketua nelayan, kemudian diikuti berbagai atraksi menarik.

Beberapa atraksi yang dipertontonkan adalah lomba perahu tradisional, lomba perahu hias, lomba permainan rakyat, pemilihan anak dara dan kallolona, lomba menabuh lesung, musik tradisional dan lainnya.

Danau Tempe juga memiliki kekayaan ikan tawar yang melimpah, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Melimpahnya ikan di sini telah menjadi sumber mata pencaharian bagi warga sekitar.

Melimpahnya ikan air tawar

Sebagai danau purba yang luasnya mencapai 13 ribu hektare, keberadaan Danau Tempe merupakan tumpuan bagi sungai dan anak sungai yang ada di sekitarnya. Tercatat ada 1 sungai dan 28 anak sungai yang bermuara di danau tersebut.

Danau Tempe memiliki kekayaan ikan tawar yang melimpah. Di bawah permukaan danaunya terdapat beragam spesies ikan tawar, dan ada beberapa spesies yang tidak dapat ditemui di tempat lain.

Ikan tersebut populer di masyarakat setempat dengan nama Bale Bungo yang dikategorikan termasuk jenis ikan langka. Selain ikan air tawar untuk dikonsumsi, Danau Tempe juga memiliki ikan hias air tawar, seperti Ikan Celebes Rainbow.

Hasil pengamatan langsung dari tangkapan nelayan, ada 12 jenis ikan bernilai ekonomi yang umum ditemui di Danau Tempe. Jenisnya yakni kandea, bungo, nila, mujair, doyok, cambang, kanjilo, lapuso, patin, mas, lele, dan oseng.

Selain itu ada juga ikan yang semakin sulit ditemui akhir-akhir ini yakni ikan biawang yang belum diketahui penyebabnya. Tetapi hal ini terjadi rusaknya ekosistem di sekitar Danau Tempe karena pengaruh alam dan manusia.

Keanekaragaman ikan di Indonesia saat ini memang menghadapi ancaman dari berbagai aktivitas. Dari 87 jenis ikan Indonesia yang terancam punah, diketahui 66 spesies (75 persen) di antaranya adalah ikan air tawar.

Di Sulawesi, tercatat ikan air tawar sebanyak 62 jenis dan di antaranya merupakan jenis endemik. Dimuat Terkini, Red Miller menyebut menurunnya stok ikan tawar di Indonesia disebabkan beberapa faktor.

Seperti kerusakan/lenyapnya habitat (35 persen), introduksi spesies eksotik (30 persen), eksploitasi spesies yang berlebihan (4 persen), dan sisanya kerana pencemaran yakni persaingan penggunaan air dan perubahan iklim (31 persen).

Penurunan jumlah produksi jenis ikan dan distribusi di Danau Tempe juga disebabkan penyurutan perairan dan penangkapan ikan yang intensif serta menurunnya kualitas perairan atau habitat.

Penurunan ini terjadi karena masuknya sampah plastik, pestisida, dan pupuk ke danau pada musim air tinggi yang disebabkan sedimen terbawa oleh Sungai Bila dan Wallanae ke dalam Danau Tempe.

Pemulihan danau

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wajo, Nasfari mengatakan penurunan kualitas ekosistem di Danau Tempe menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diatasi sesegera mungkin.

Menurutnya persoalan yang hingga sekarang belum bisa diatasi adalah bagaimana membersihkan sedimentasi yang dari waktu ke waktu terus menebal. Padahal, terjadinya sedimentasi yang terus bertambah, akan membuat daya tampung air danau turun drastis.

Karena itu, jelasnya, upaya pemulihan ekosistem danau diperlukan langkah teknis melalui pengerukan danau dan bendungan gerak. Dengan pengerukan yang dilakukan secara rutin, dirinya yakin suplai air bisa tetap stabil dan memenuhi kebutuhan warga.

“Perlu diketahui, Danau Tempe ini sangat penting untuk mensuplai kebutuhan air bagi masyarakat, dan pengairan untuk pertanian dan perikanan,” ungkapnya yang dimuat Mongabay Indonesia.

Seperti yang diketahui, danau yang mengalami sedimentasi parah tak akan mampu lagi menampung limpahan air dan akibatnya hanya sampai ke kedalaman sekitar 7 meter saja air masuk ke dalam danau.

Ketika musim hujan, danau tidak mampu menampung limpahan air, sementara pada musim kemarau, Danau Tempe juga tidak bisa memasok air untuk kebutuhan air. Kondisi danau yang kering, dimanfaatkan warga dengan menanam jagung dan kacang panjang.

Hal yang lebih memprihatinkan adalah dari waktu ke waktu permukaan danau terus diserang tanaman eceng gondok. Pertumbuhan yang cepat membuat sedimentasi semakin menebal dan mengancam permukiman warga yang ada di sekitar danau.

Ancaman ini juga terjadi terhadap aktivitas perikanan budidaya yang semakin mengecil. Hal ini ditambah, para nelayan dan pemilik modal yang berlomba untuk membuka kawasan perairan itu dan memberi penanda berupa patokan bambu.

Agar kondisi perairan tidak semakin memburuk, Kementerian Kelautan dan Perikanan memutuskan untuk melakukan pelepasliaran benih lokal. Direktur Kawasan dan Kesehatan IKAN KKP, Arik Wibowo menyebut ada 265.000 ekor ikan yang dilepasliarkan.

“Ikan yang dilepasliarkan itu adalah ikan tawes, jelawat, dan baung yang biasa hidup di dalam danau tersebut,” jelasnya.

Dirinya menjelaskan, salah satu tujuan dilakukan pelepasliaran ini adalah untuk memulihkan ekosistem Danau Tempe yang terus mengalami penurunan. Padahal Danau Tempe, baginya merupakan aset yang harus dipulihkan daya dukungnya. [GNFI]

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News