Makanan Santri MUQ Aceh Selatan Kembali Berbelatung, Publik Pertanyakan Pengawasan

Share

NUKILAN.ID | TAPAKTUAN – Program makan-minum di Madrasah Ulumul Qur’an (MUQ) Aceh Selatan kembali menuai sorotan. Tim investigasi LNC menemukan makanan yang disajikan kepada santri pada Sabtu sore (13/9/2025) tidak hanya rendah kualitas gizi, tetapi juga tidak layak konsumsi setelah kembali ditemukan belatung pada lauk.

Akibat temuan tersebut, sejumlah santriwati memilih tidak menyantap hidangan, sementara sebagian santriwan sudah terlanjur makan sejak sore.

“Kami lebih baik lapar daripada makan begitu,” ujar salah seorang santri sebagaimana diberitakan oleh LarasNews.

Menu Murahan, Gizi Pas-pasan

Hidangan sore itu terdiri dari tempe goreng, telur bulat goreng, sup sayur tanpa daging, dan nasi putih. Dari perhitungan gizi rata-rata, satu porsi makanan mengandung sekitar 627 kkal energi, 35 gram protein, 22 gram lemak, dan 80 gram karbohidrat.

Sekilas, angka itu terlihat mencukupi. Namun, kualitas bahan baku dinilai sangat rendah. Nasi berasal dari beras kualitas rendah dengan aroma apek, sementara sup sayur hambar tanpa tambahan protein hewani. Minimnya variasi sayuran dan ketiadaan daging membuat santri rentan kekurangan zat besi, vitamin B12, dan kalsium.

Lebih memprihatinkan, keberadaan belatung pada lauk menandakan risiko higienis yang serius sejak proses dapur hingga penyajian.

Penyajian dengan Wadah Plastik Murahan

Investigasi juga menemukan makanan disajikan menggunakan wadah plastik biasa tanpa penutup. Hal ini menimbulkan dua persoalan besar.

Pertama, risiko kontaminasi mikroba dan serangga karena wadah terbuka mengundang lalat, debu, dan kotoran. Kedua, bahaya kimia dari plastik murah yang tidak food grade, berpotensi melepaskan zat berbahaya seperti BPA dan ftalat ketika bersentuhan dengan makanan panas atau berminyak.

Paparan zat tersebut dalam jangka panjang dikaitkan dengan gangguan hormon, risiko kanker, hingga masalah kesuburan.

Ancaman Serius bagi Santri

Kondisi ini membuat santri terjebak dalam pilihan sulit, “lapar atau sakit perut”. Padahal, sebagai remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan, mereka semestinya mendapatkan asupan bergizi seimbang.

Menurut Perbup No. 38 Tahun 2021, pengawasan makan-minum santri menjadi tanggung jawab UPTD Pengelolaan Dayah Darul Aitami dan MUQ Dinas Dayah Kabupaten Aceh Selatan. Dengan anggaran sebesar Rp1,6 miliar per tahun, publik pun mempertanyakan efektivitas penggunaan dana jika yang tersaji hanya nasi murahan, lauk berbelatung, dan sup tanpa gizi.

Desakan Tindakan Tegas

Sejumlah pihak menilai kasus ini bukan sekadar soal makanan basi, melainkan bentuk pembiaran sistemik dalam penyediaan dan pengawasan. Selain bahaya biologis seperti belatung dan bakteri, terdapat pula ancaman kimia dari wadah plastik beracun.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan didesak segera mengambil langkah tegas, antara lain:

  1. Memutus kontrak penyedia makanan yang terbukti lalai.

  2. Melakukan audit menyeluruh atas anggaran Rp1,6 miliar.

  3. Memeriksa kesehatan santri yang sudah mengonsumsi makanan bermasalah.

  4. Mengganti wadah penyajian dengan peralatan food grade berpenutup.

  5. Menyajikan laporan gizi dan kualitas makanan secara transparan setiap bulan kepada orang tua santri.

Investigasi ini menegaskan, program makan-minum di MUQ Aceh Selatan bukan hanya gagal, melainkan sudah berubah menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan masa depan generasi Qur’ani.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News