NUKILAN.id | Banda Aceh — Ketua Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (GEKRAFS) Aceh, Mahfudz Y Loethan, menyambut antusias rencana produksi film kolaborasi antara Indonesia dan Turki yang akan mengangkat kisah sejarah hubungan Kesultanan Aceh dengan Kekaisaran Ottoman. Baginya, film tersebut tak sekadar proyek hiburan, melainkan langkah strategis untuk mengangkat kembali peran Aceh dalam sejarah dunia.
“Kita tidak bicara tentang sejarah biasa. Kita bicara tentang peradaban besar yang pernah berdiri sejajar dengan kekuatan dunia. Film ini bukan sekadar film. Ini adalah upaya untuk memperkenalkan kembali Aceh sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia yang lebih besar,” tegas Mahfudz saat diwawancarai, Senin (14/4/2025).
Menurut Mahfudz, film menjadi medium paling efektif untuk menyampaikan warisan sejarah kepada generasi masa depan. Karena itu, ia mendorong agar proyek film sejarah ini digarap dengan standar tertinggi.
“Film ini harus diproduksi dengan standar tertinggi, setara film-film internasional. Jika ingin dunia tahu siapa kita, maka karyanya juga harus berkelas dunia. Aceh adalah bagian dari Indonesia, dan kisah besar Aceh adalah kisah besar bangsa ini,” ujarnya.
Rencana produksi film ini menjadi titik awal untuk menghidupkan kembali semangat sejarah lewat karya sinema. Bagi Mahfudz, sejarah besar tak hanya milik masa lalu, tetapi juga masa depan—dan film menjadi jembatan untuk menghadirkannya di tengah masyarakat global.
Selain kisah hubungan Aceh dan Ottoman, Mahfudz juga menilai banyak potensi cerita sejarah dari bumi Serambi Mekkah yang layak diangkat ke layar lebar. Salah satunya adalah sosok Laksamana Keumalahayati, panglima perempuan pertama di dunia yang berasal dari Aceh.
“Keumalahayati adalah simbol ketangguhan Aceh dan Indonesia. Kisahnya layak diangkat ke layar lebar dan dikenalkan ke seluruh dunia. Kita punya banyak cerita luar biasa yang harus hidup dalam bentuk karya sinema,” katanya.
Ia menegaskan, keberhasilan produksi film sejarah semacam ini harus diawali dengan persiapan yang matang, mulai dari riset, penulisan naskah, visualisasi, hingga strategi distribusi internasional.
“Aceh adalah bagian dari Indonesia yang harus dibanggakan dunia. Film ini adalah kesempatan untuk memperkenalkan sejarah Indonesia yang besar ke panggung dunia. Dan itu tidak boleh setengah-setengah,” tutup Mahfudz.