NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Di tengah dampak banjir dan longsor yang masih menyisakan lumpur serta rumah-rumah rusak, warga terdampak di Aceh bertahan di tenda-tenda pengungsian dengan keterbatasan. Anak-anak beristirahat di atas tikar, para ibu menghadapi kehilangan dapur dan rumah, sementara lansia berupaya menerima kenyataan pahit pascabencana.
Dalam situasi itu, mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) memilih hadir untuk membantu, meski dengan sumber daya yang terbatas, Senin (16/12/2025).
Mahasiswa dan Ormawa UBBG bergotong royong menggalang bantuan dengan membuka posko darurat, turun ke jalan, serta mengajak masyarakat berpartisipasi. Setiap donasi yang terkumpul dan paket kebutuhan pokok yang disalurkan dimaknai sebagai bentuk kepedulian dan penguatan bagi para penyintas yang hidup dalam ketidakpastian.
Salah satu mahasiswa UBBG, Fadhlanil Hafidhi, menyampaikan kesan setelah meninjau langsung kondisi pengungsian.
“Di tenda pengungsian, kami melihat anak-anak yang bertanya kapan bisa pulang, sementara rumah mereka sudah rata dengan tanah. Kami melihat orang tua yang kehilangan segalanya, tetapi tetap berusaha tersenyum. Terima kasih kepada seluruh mahasiswa UBBG, Ormawa, dan masyarakat yang telah membantu. Bantuan ini mungkin tidak mampu menghapus luka, tetapi setidaknya memberi mereka kekuatan untuk bertahan,” ujar Fadhlanil dengan nada lirih.
Ia menegaskan, penderitaan korban bencana tidak semestinya dinormalisasi. Selama kebutuhan dasar seperti makanan layak, selimut, dan obat-obatan masih dibutuhkan, solidaritas harus terus dijaga dan kepedulian tidak boleh meredup.
Aksi kemanusiaan mahasiswa dan Ormawa UBBG menunjukkan peran kampus dalam merespons bencana. Di tengah tangis dan doa di pengungsian, kehadiran mereka menyampaikan pesan kebersamaan: Aceh tidak sendiri, dan duka ini adalah duka bersama. (XRQ)





