NUKILAN.id | Banda Aceh – Anggota DPRD DKI Jakarta, Lukmanul Hakim, menilai bahwa sektor pariwisata sejarah di Aceh menyimpan potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus menjadi solusi strategis untuk mengatasi pengangguran.
Dikutip Nukilan.id, hal tersebut diungkapkannya dalam Podcast Sagoe TV saat menjawab pertanyaan host mengenai logika wisata sejarah sebagai sumber pendapatan dan pengurangan angka pengangguran di Aceh.
“Ketika orang berkunjung ke Banda Aceh, ke Pasai dan juga Sabang ini pasti pendapatan daerah itu meningkat, yang pertama soal hotel, yang kedua FMB-nya seperti restoran kafe, ini kan orang datang pasti makan, minum, nginap,” ujar Lukmanul.
Menurutnya, kehadiran wisatawan secara otomatis akan menggerakkan berbagai sektor pendukung, mulai dari perhotelan hingga kuliner. Ia meyakini, geliat ini akan menciptakan efek domino bagi masyarakat lokal.
Tak hanya itu, Lukmanul juga menekankan pentingnya pelibatan masyarakat, khususnya kalangan muda yang masih menganggur, dalam aktivitas kepariwisataan.
“Nanti pengangguran-pengangguran di situ bisa jadi guide untuk wisata,” lanjutnya.
Ia menilai bahwa pemberdayaan masyarakat sebagai pemandu wisata bisa menjadi solusi konkret, apalagi Aceh memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang layak untuk dikenalkan secara mendalam kepada wisatawan.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti pentingnya penataan destinasi, khususnya wisata bahari, yang menjadi daya tarik khas Aceh. Bagi Lukmanul, selain infrastruktur, nilai keramahan masyarakat juga merupakan bagian penting dari daya jual sebuah daerah wisata.
“Residunya di mana wisata lautnya, di mana yang harus ditata dengan rapi, karena orang Aceh yang dikenal tuh ramah dan santun. Kalau di Jakarta orang Aceh itu kata orang di sana agamanya bagus, senyum dan santun, enggak boleh marah-marah,” paparnya.
Ia menekankan bahwa citra masyarakat Aceh yang lembut dan religius harus dijaga, terutama dalam pelayanan terhadap wisatawan. Baginya, keramahan merupakan kunci utama agar wisatawan merasa betah dan ingin kembali.
“Misalnya (orang) datang ke sini, tapi (petugas) parkiran marah-marah, ya gak boleh, karena sifatnya orang Aceh itu lemah lembut seperti pendahulu,” tutupnya. (XRQ)
Reporter: Akil