NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) di Aceh terus menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), capaian IPLM Aceh pada tahun 2024 tercatat sebesar 72,4200, angka yang menempatkan provinsi ini pada peringkat cukup baik dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sumatera.
Selain itu, tingkat kunjungan masyarakat ke perpustakaan di Aceh mencapai 0,3666 per hari, yang menunjukkan adanya potensi besar untuk terus meningkatkan pemanfaatan fasilitas literasi yang tersedia di seluruh wilayah Aceh.
Menanggapi capaian ini, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA), Edi Yandra, menyampaikan apresiasinya atas peningkatan kesadaran literasi di tengah masyarakat Aceh.
Dalam wawancara bersama Nukilan.id pada Kamis (10/7/2025), ia mengungkapkan harapan besar agar perpustakaan bisa menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, terutama generasi muda.
Tak hanya itu, Edi juga menegaskan bahwa peningkatan kunjungan ke perpustakaan bukan sekadar tentang angka, tetapi mencerminkan kualitas intelektual suatu daerah.
“Kami sangat berharap agar perpustakaan ini bisa dijadikan sebagai tempat tongkrongan generasi muda, tempat mencari segala bentuk ilmu dan ruang berdiskusi. Kenapa demikian? Karena ketika masyarakat ramai datang ke perpustakaan, itu menandakan bahwa daerah tersebut memiliki masyarakat yang intelektual,” ungkapnya.
Dalam upaya meningkatkan daya tarik perpustakaan di tengah gempuran teknologi digital, DPKA melakukan berbagai inovasi branding. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah memberi label baru pada perpustakaan sebagai tempat yang lebih inklusif dan menarik.
“Sedikit saya sampaikan juga, branding perpustakaan kita saat ini adalah Mall Baca. Jadi, istilah ini juga memengaruhi minat masyarakat untuk datang ke sini. Apalagi dengan fasilitas yang sudah kita siapkan, yang menurut kami sudah cukup memadai,” kata Edi.
Lebih jauh, Edi menekankan pentingnya peran para guru dan pustakawan dalam menumbuhkan budaya literasi sejak dini. Ia berharap, para pendidik mampu menanamkan kebiasaan membaca kepada para siswa, dan sekolah juga memiliki perpustakaan yang layak.
“Harapan kami berikutnya tertuju kepada para guru dan pustakawan. Dari sisi guru, kami sangat berharap agar mereka dapat menanamkan minat baca kepada para muridnya. Sekolah juga harus menyiapkan perpustakaan yang layak,” tegasnya.
Sebagai bentuk sinergi antara lembaga pendidikan dan perpustakaan daerah, DPKA juga mendorong adanya jadwal rutin kunjungan siswa ke perpustakaan, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
“Dalam lingkup pendidikan, kunjungan ke perpustakaan bisa dijadwalkan sebagai tempat membaca secara rutin. Misalnya, dalam satu minggu atau satu bulan, disiapkan satu hari khusus untuk kunjungan ke perpustakaan daerah milik Pemerintah Aceh,” jelasnya.
Namun demikian, peningkatan jumlah pengunjung harus dibarengi dengan kesiapan sumber daya manusia, khususnya pustakawan, agar layanan yang diberikan tetap optimal.
“Sementara dari sisi pustakawan, peningkatan jumlah pengunjung ke perpustakaan, baik di perpustakaan provinsi, kabupaten, kota, maupun desa, harus diimbangi dengan kesiapan SDM,” tuturnya.
Tak kalah penting, Edi juga menekankan bahwa kualitas layanan menjadi wajah utama dari sebuah perpustakaan. Keramahan dan profesionalitas pustakawan, menurutnya, menjadi faktor kunci dalam menciptakan kenyamanan bagi para pengunjung.
“Berikan pelayanan terbaik kepada para pengunjung. Kemampuan dan keramahan pustakawan mencerminkan kualitas perpustakaan itu sendiri. Pelayanan harus welcome, harus ramah, agar masyarakat merasa senang dan terlayani dengan baik,” pungkasnya. (xrq)
Reporter: Akil