Sunday, April 28, 2024

Komentar Anak Muda Aceh Terkait Menurunnya Angka Pernikahan di Indonesia

NUKILAN.id | Banda Aceh – Data terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap bukti bahwa semakin banyak warga Indonesia yang malas menikah.

Menurut Laporan Statistik Indonesia 2024, ada tren penurunan jumlah perkawinan yang cukup signifikan dalam enam tahun terakhir. Namun, penurunan paling drastis terjadi dalam tiga tahun terakhir. Dari tahun 2021 hingga 2023, angka pernikahan di Indonesia menyusut sebanyak 2 juta.

Provinsi DKI Jakarta, Aceh, dan Sumatera Utara, tercatat sebagai provinsi yang anak mudanya paling banyak menunda pernikahan.

Melihat fenomena tersebut, Nukilan mencoba untuk melakukan wawancara dengan pemuda pemudi Aceh. Dalam sebuah wawancara di Banda Aceh, tiga pemuda pemudi Aceh memberikan komentar-komentar tajam terhadap perubahan perilaku masyarakat terkait institusi pernikahan.

Salah satu narasumber, Geubrina, mengatakan, penurunan angka pernikahan ini merupakan refleksi dari perubahan nilai dan pola pikir generasi muda saat ini. Ia mengungkapkan banyak anak muda lebih memilih untuk fokus pada karier dan pengembangan diri daripada terburu-buru menikah.

“Banyak teman-teman saya yang lebih memilih fokus pada karier dan pendidikan, sehingga menunda pernikahan,” ujar Geubrina kepada Nukilan, Jumat, (8/3/2024).

Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Fadli, yang mengatakan pentingnya pendidikan dan kemandirian ekonomi sebelum menikah.

Menurut Fadli, ekonomi menjadi faktor utama penurunan angka pernikahan. Biaya hidup semakin tinggi, dan banyak pemuda yang merasa sulit untuk memenuhi tuntutan finansial dalam pernikahan.

“Ini menjadi hambatan utama bagi kami yang ingin menikah,” kata Fadli.

Sementara itu, Zulfikar, menyoroti perubahan pola hubungan interpersonal di era digital ini. Zulfikar mengakui kemajuan teknologi dan media sosial telah mengubah cara anak muda berinteraksi dan membangun hubungan. Ia berujar banyak anak muda lebih memilih untuk membangun koneksi emosional melalui media sosial.

“Saya melihat bahwa banyak pemuda terlalu terpaku pada media sosial, ini tentu dapat mempengaruhi kemauan untuk membina hubungan serius,” ungkap Zulfikar.

Komentar dari pemuda pemudi Aceh tersebut mencerminkan kompleksitas dan perubahan nilai-nilai sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Aceh dan Indonesia pada umumnya.

Meskipun berbeda-beda dalam sudut pandang, ketiga narasumber sepakat bahwa perlu adanya langkah-langkah lebih lanjut untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam memutuskan untuk menikah.

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img