Friday, June 28, 2024

Kisah Perjuangan Mantan TKI di Arab Saudi: Dari Tsunami Aceh Hingga Sukses Berkarier

NUKILAN.id | Banda Aceh – Alman, seorang mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, membagikan pengalaman hidupnya selama 20 tahun mengabdi di negeri orang. Melalui podcast di kanal YouTube @kasisolusi, Alman memulai ceritanya dari awal keberangkatannya ke Arab Saudi pada tahun 2004, tepat saat Indonesia dilanda bencana tsunami Aceh.

“Ke Arab Saudi saya berangkat dari tahun 2004 waktu tsunami di Aceh. Waktu Pak SBY menang, saya berangkat ke sana,” ujar Alman dikutip oleh Nukilan.id pada Kamis (20/6/2024).

Momen pertama kali menginjakkan kaki di Arab Saudi begitu berkesan bagi Alman. Setibanya di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, ia disambut dengan kalung bunga sebagai bentuk simpati atas musibah tsunami yang dialaminya.

“Saya disambut pakai kalung bunga. Mereka bilang, ‘Kamu luar biasa, selamat dari tsunami’ padahal kan jauh,” kenangnya.

Alman melanjutkan ceritanya tentang pengalaman pertama kali naik pesawat dan merasakan jetlag. Setibanya di Jeddah, ia bahkan diwawancarai oleh TV Al Jazeera.

“Itu pertama kali saya naik pesawat terus jetlag, turun dari pesawat di wawancara sama TV Al Jazeera,” ucapnya.

Namun, komunikasi menjadi tantangan bagi Alman karena keterbatasan bahasa Arab dan Inggrisnya. Beruntung, ia bertemu dengan seseorang yang baik hati dan membantunya berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

“Alhamdulillah, ada orang yang mendampingi saya. Dia bilang, ‘Ya sudah, ngomong pakai bahasa Indonesia saja’. Jadi saya sampaikan apa adanya mengenai kondisi Indonesia saat tsunami,” jelasnya.

Keramahan dan kedekatan masyarakat Arab Saudi terhadap orang Indonesia sangat dirasakan oleh Alman. Hal ini menunjukkan hubungan erat yang terjalin antara kedua negara.

“Jelas, karena jemaah haji dan umrohnya itu terbanyak dari Indonesia,” ungkapnya.

Awal kariernya di Arab Saudi dimulai dengan bekerja di sebuah minimarket. Alman mengaku sempat mengalami stres karena keterbatasan bahasanya untuk berkomunikasi dengan penduduk setempat.

“Saya pertama kerja itu di minimarket. Di tengah pemukiman kumuh orang Afrika. Stres lah, nangis terus karena nggak paham bahasanya,” bebernya.

Namun, pengalaman bekerja di minimarket selama lima tahun membawa hikmah tersendiri.

“Saya bertahan kerja di minimarket itu 5 tahun. Tapi ada hikmahnya, jadi bisa lebih cepat bisa bahasa. Sebenernya bukan betah sih, tapi lebih ke butuh (uang) kayaknya,” lanjutnya.

Berbicara mengenai gaji, Alman mengungkap bahwa pada tahun 2004 ia menerima upah sebesar Rp 1,6 juta per bulan.

“Ngomongin soal gaji, itu gajinya kecil banget 800 reyal atau setara Rp 1,6 juta pada tahun 2004,” ungkapnya.

Cerita Alman ini tidak hanya menunjukkan perjuangan seorang TKI dalam mencari nafkah di negeri orang, tetapi juga menggambarkan ikatan persaudaraan yang kuat antara masyarakat Indonesia dan Arab Saudi.

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img