Kisah Napoleon Aceh dan Jebakan Maut di Krueng Sampoiniet

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Dalam sejarah perlawanan rakyat Aceh melawan kolonial Belanda, strategi Pang Nanggroe, yang dikenal sebagai “Napoleon Aceh,” menjadi salah satu kisah heroik. Pang Nanggroe, suami ketiga pahlawan nasional Cut Meutia, berhasil menenggelamkan puluhan pasukan marsose Belanda yang dipimpin Letnan PRD de Kok di Krueng Sampoiniet, Aceh Utara.

Dilansir Nukilan.id daricberbagai sumber, peristiwa ini bermula pada 20 November 1902, ketika Letnan de Kok bersama pasukannya singgah di pasar Sampoiniet. Mereka sedang merencanakan patroli dan jalur penyergapan terhadap pasukan Pang Nanggroe. Namun, tanpa mereka sadari, seorang mata-mata Pang Nanggroe menyelinap dan mendengarkan semua rencana tersebut. Informasi itu segera dilaporkan kepada Pang Nanggroe pada malam yang sama.

Pagi harinya, tersiar kabar bahwa pasukan Pang Nanggroe terlihat di seberang sungai Sampoiniet. Setelah memastikan kebenaran informasi itu melalui mata-matanya, Letnan de Kok memimpin 45 marsose untuk melakukan pengejaran. Mereka tiba di tepi sungai pada malam hari dan menemukan kelompok pejuang Aceh telah bergerak menjauh, sebagaimana informasi yang mereka terima dari penduduk setempat.

Tidak ingin kehilangan jejak “ikan besar,” Letnan de Kok memaksa empat penduduk mendayung dua perahu untuk menyeberangi sungai. Di tengah perjalanan, sebuah tembakan terdengar dari arah seberang. Sesuai isyarat itu, para pendayung, yang ternyata anggota pasukan Pang Nanggroe, menendang lantai perahu hingga bocor dan segera terjun ke sungai.

Ketika kedua perahu terbalik, pasukan Belanda panik. Dalam keadaan kacau, mereka ditembaki dari seberang sungai oleh pasukan Pang Nanggroe yang ternyata tidak pernah meninggalkan area tersebut. Akibatnya, 28 dari 45 marsose tewas tenggelam, sementara sisanya berhasil selamat dengan kerugian besar, termasuk hilangnya 42 senapan.

Menurut catatan HC Zentgraaff dalam bukunya Atjeh (1938), aksi ini menunjukkan kecerdikan Pang Nanggroe dalam memanfaatkan perang mata-mata dan penyebaran berita palsu sebagai strategi untuk memancing musuh masuk ke perangkap. Taktik ini menjadi salah satu bukti kekuatan perlawanan rakyat Aceh melawan kolonialisme Belanda. (xrq)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News