Kisah Cut Vivia Talitha: Bangkit dari Peringkat Terbawah hingga Lolos ke ITB

Share

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Perjalanan pendidikan Cut Vivia Talitha bermula dari titik yang tidak mudah. Pernah berada di peringkat terakhir—ranking 40 dari 40 murid—saat duduk di bangku kelas 3 SMP, alumnus Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) itu mengungkapkan bahwa masa tersebut menjadi titik balik terpenting dalam hidupnya.

Lahir di Denpasar, Bali, Vivia pindah ke Bireuen, Aceh, pada usia 11 tahun. Kepindahan itu terjadi di tengah konflik yang melanda keluarganya. Pada tahun pertama bersekolah di SMPN 1 Peusangan, ia masih mampu masuk 10 besar. Namun keadaan berubah drastis di tahun berikutnya. Konflik keluarga yang berlanjut dan masalah finansial membuat konsentrasinya terpecah. Ia kerap malas mengerjakan tugas, sering dihukum guru, dan prestasinya merosot tajam.

“Hingga semester 1 kelas 3 (SMP), aku jatuh ke ranking 40,” tulisnya dalam akun Instagram @viviatal. Ia mengenang momen ketika sang wali kelas, Ibu Juraidah, menatapnya dan berkata, “Vi, Vivi ranking 40. Kenapa bisa sejauh ini?” Pertanyaan itulah yang menjadi awal perubahan besar dalam hidupnya.

Perhatian Guru yang Mengubah Segalanya

Vivia bercerita bahwa Ibu Juraidah pernah memergokinya menangis. Saat itu, ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Situasi keluarga yang sulit membuatnya tertekan dan mengalami depresi.

“(Karena) konflik keluarga terus diikuti oleh kejatuhan finansial,” ujar Vivia saat dikutip dari Kompas.com.

Sejak itu, Ibu Juraidah mulai lebih sering melibatkan Vivia dalam aktivitas kelas. Ia disapa ketika terlihat melamun dan dipercaya mengerjakan soal di papan tulis. Ketika Vivia mampu menjawab dengan benar, sang guru berkata, “Tuh kan, Vivi bisa jawab. Kawan-kawan aja belum bisa materi ini.”

Teman-teman dengan peringkat atas pun ikut mendukungnya. Walau hanya membalas dengan senyum, pujian itu perlahan menembus dinding yang selama ini membatasi dirinya.

Hari pembagian rapor menjadi momen lain yang tak terlupakan. Rapor untuk siswa yang hendak mendaftar kelas akselerasi di SMAN 1 Bireuen dibagikan bersamaan dengan rapor miliknya. Ketika Vivia mengatakan bahwa ia tak berencana mengikuti kelas akselerasi, ekspresi Ibu Juraidah tiba-tiba berubah murung. Reaksi itu membekas dalam benak Vivia.

Beberapa waktu kemudian, hasil try out Ujian Nasional diumumkan. Di luar dugaan, Vivia meraih peringkat pertama dari 300 siswa seangkatan. Pada pertemuan berikutnya, sang guru menyambutnya dengan penuh semangat dan berkata bahwa Vivia sejatinya adalah anak yang pintar. Ia kembali berpesan, “Vivi kalau memang enggak mau masuk kelas aksel setidaknya nanti harus masuk kelas unggulan di SMA 1, ya?”

Kalimat itu—dan semua perhatian kecil lainnya—menjadi titik penting. “Walau hanya menjawab dengan senyuman, sejak saat itu aku terus berjanji ke diri sendiri ‘Aku harus bangkit. Aku harus penuhin harapan Bu Juraidah’,” ungkapnya.

Bangkit, Bertahan, dan Meraih Mimpi

Setelah lulus SMP pada 2012, Vivia terus membawa semangat itu hingga jenjang SMA. Ia menargetkan untuk berkuliah di perguruan tinggi negeri di Pulau Jawa setelah lulus pada 2015.

Namun usahanya belum berhasil. Tak memiliki biaya kuliah jika tidak mendapatkan beasiswa, ia memutuskan bekerja sambil menunggu kesempatan berikutnya.

Tahun 2016 menjadi tahun pembuktian. Melalui jalur Bidik Misi, ia berhasil lolos ke Jurusan Kewirausahaan di SBM ITB. Vivia menuntaskan studinya pada 2021 dan terus melangkah maju. Kini ia telah menulis buku berjudul Confidence in You dan aktif sebagai penulis muda.

Bagi Vivia, keberhasilannya tidak terlepas dari peran seorang guru yang mau melihat lebih jauh dari sekadar nilai rapor.

“Anak-anak yang menyembunyikan emosi aslinya, terlihat nakal, berantakan, atau bahkan ranking terakhir dan terlihat bodoh di kelasnya… bukan berarti tidak peduli dengan masa depan mereka. Bisa jadi, mereka sedang menunggu seseorang yang mau bertahan dan percaya,” ujarnya.

Kisah Vivia menjadi pengingat bahwa satu perhatian tulus dari seorang guru dapat mengubah masa depan seorang anak—bahkan dari peringkat paling bawah sekalipun.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News