NUKILAN.id | Nasional – Hari ini, tepat 25 tahun lalu, Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Pada 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB, melalui siaran televisi, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Keputusan tersebut menjadi puncak dari serangkaian peristiwa dramatis yang terjadi sepanjang Mei 1998.
Dari hasil penelusuran digital Nukilan.id, Indonesia sudah diguncang oleh demonstrasi besar-besaran sejak awal bulan Mei 1998. Penolakan tersebut datang dari mahasiswa dan masyarakat yang menuntut perubahan. Gelombang protes ini muncul di tengah krisis ekonomi yang melanda dan meningkatnya penolakan terhadap pemerintahan Soeharto yang dikenal dengan Orde Baru.
Meskipun Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengesahkan Soeharto untuk kembali menjadi Presiden RI pada 10 Maret 1998, gelombang aksi mahasiswa yang menolak kepemimpinan Soeharto semakin kuat dan meluas ke hampir seluruh daerah di Indonesia.
Puncak ketegangan terjadi pada 12 Mei 1998, saat mahasiswa Universitas Trisakti di Grogol, Jakarta, menggelar aksi protes. Di tengah aksi tersebut, terjadi insiden tragis yang menewaskan empat mahasiswa: Hery Hartanto, Hafidhin Alifidin Royan, Elang Mulia Lesmana, dan Hendriawan Sie. Kematian mereka memicu kerusuhan hebat di Jakarta pada 14 Mei 1998, dengan kota dipenuhi api dan asap tebal dari sejumlah bangunan yang terbakar.
Pada saat kerusuhan berlangsung, Presiden Soeharto sedang melakukan kunjungan ke Kairo, Mesir. Ia segera kembali ke Indonesia pada 15 Mei 1998 dan mendarat di Halim Perdanakusuma. Sejumlah pertemuan diadakan oleh Soeharto untuk merespons situasi yang semakin memburuk. Namun, upaya tersebut gagal meredakan aksi protes mahasiswa yang terus mendesaknya untuk mundur.
Pada 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR, menandai puncak dari gelombang protes. Aksi ini berlangsung hingga akhirnya Soeharto menyerah pada tekanan dan resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998.
Pengunduran diri Soeharto menandai berakhirnya era Orde Baru dan menjadi titik awal reformasi di Indonesia. Peristiwa ini dikenang sebagai momen penting dalam sejarah bangsa, di mana suara rakyat berhasil mengubah arah perjalanan negara.
Reporter: Akil Rahmatillah