Keumalahayati: Laksamana Wanita Pertama yang Menggetarkan Dunia

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh — Di tengah hegemoni kekuasaan kolonial Eropa pada akhir abad ke-16, muncul seorang perempuan dari tanah Aceh yang mengguncang perairan Nusantara. Namanya Keumalahayati, atau yang lebih dikenal sebagai Laksamana Malahayati—seorang laksamana wanita pertama dalam sejarah maritim dunia modern yang memimpin pasukan tempur perempuan dan menorehkan tinta emas dalam sejarah perjuangan Indonesia.

Tumbuh dari Darah Laut

Keumalahayati lahir sekitar tahun 1550 di lingkungan bangsawan Aceh yang lekat dengan tradisi kelautan. Ayahnya, Laksamana Mahmud Syah, dan kakeknya adalah tokoh penting dalam Angkatan Laut Kesultanan Aceh. Lingkungan ini menanamkan dalam dirinya kecintaan terhadap laut dan semangat juang yang tinggi.

Ia menempuh pendidikan di Ma’had Baitul Maqdis, sebuah akademi militer elite Kesultanan Aceh. Di sanalah kemampuan strategi, taktik perang, dan kepemimpinannya ditempa sejak usia muda—sebuah pendidikan militer yang kelak menjadi fondasi bagi reputasinya di medan tempur.

Lahirnya Pasukan Inong Balee

Kehidupan pribadi Keumalahayati berubah drastis ketika suaminya gugur dalam pertempuran melawan Portugis. Namun, di tengah duka itu, ia bangkit. Dengan tekad membalas kematian suami dan membela tanah air, Keumalahayati meminta izin Sultan Alauddin Riayat Syah Al Mukammil untuk membentuk pasukan khusus wanita.

Lahirlah pasukan Inong Balee—2.000 janda pahlawan perang yang siap mengangkat senjata demi tanah kelahiran mereka. Di bawah komando Keumalahayati, pasukan ini tak sekadar simbol ketegaran perempuan Aceh, tapi juga kekuatan militer yang ditakuti musuh.

Duel Maut dan Diplomasi Cerdas

Tahun 1599 menjadi catatan penting dalam sejarah. Dalam salah satu pertempuran laut paling dramatis, Keumalahayati memimpin langsung serangan terhadap ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Dalam duel satu lawan satu, ia berhasil membunuh de Houtman—kemenangan yang menggetarkan jantung armada Belanda dan memperkuat posisi Kesultanan Aceh di kawasan.

Namun, Keumalahayati tak hanya piawai dalam bertempur. Ia juga menunjukkan kepiawaiannya dalam diplomasi. Pada 1602, ia bertemu James Lancaster, utusan Ratu Elizabeth I dari Inggris. Dalam pertemuan itu, ia berhasil menegosiasikan perjanjian damai dan membuka jalur dagang untuk Inggris, sambil tetap menjaga kedaulatan Aceh.

Gugur Sebagai Pejuang

Pada 1615, Keumalahayati kembali memimpin pasukannya dalam mempertahankan pelabuhan strategis Krueng Raya dari gempuran Portugis. Dalam pertempuran itu, ia gugur sebagai pejuang. Jenazahnya dimakamkan di Lamreh, Aceh Besar, tempat yang kini menjadi saksi bisu kegemilangan seorang laksamana perempuan yang tak gentar menghadapi imperialisme.

Warisan Abadi

Warisan Keumalahayati tak pudar oleh zaman. Namanya diabadikan dalam berbagai bentuk penghormatan, seperti KRI Malahayati—kapal perang TNI AL, Pelabuhan Malahayati di Aceh Besar, serta nama jalan dan institusi pendidikan di seluruh Aceh.

Kisah hidupnya juga terus menginspirasi melalui buku, pertunjukan teater, bahkan komik, menjadi simbol keberanian dan keteguhan perempuan Indonesia.

Pada tahun 2017, Pemerintah Republik Indonesia secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Keumalahayati, sebuah pengakuan atas jasa dan pengorbanannya yang melampaui zaman.

Simbol Perlawanan yang Tak Pernah Padam

Keumalahayati bukan sekadar tokoh sejarah. Ia adalah representasi dari kekuatan perempuan Nusantara yang berani menantang penjajahan, melawan ketidakadilan, dan memimpin perubahan. Di Aceh, namanya dijunjung sebagai simbol perlawanan yang tak pernah padam.

Dalam sejarah Indonesia, Keumalahayati bukan hanya seorang laksamana, tetapi juga ibu bangsa yang dengan gagah berani menjaga martabat negeri di ujung barat Nusantara. Sebuah warisan yang harus terus hidup dalam ingatan dan perjuangan bangsa ini. (XRQ)

Reporter: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News