NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Di era serba digital saat ini, penggunaan mobile boarding pass memang semakin populer. Praktis, ramah lingkungan, dan cukup diakses melalui genggaman. Namun, di balik kemudahannya, sejumlah pelancong justru memilih langkah “konvensional” — mencetak boarding pass fisik — demi menghindari risiko yang tak terduga.
Dari pengalaman para pelaku perjalanan udara, keputusan membawa salinan cetak bukan tanpa alasan. Berbagai kejadian di bandara menunjukkan bahwa mobile boarding pass belum tentu seaman dan seandal yang dibayangkan.
Berikut ini sejumlah alasan mengapa membawa boarding pass cetak masih menjadi pilihan bijak bagi penumpang pesawat, sebagaimana dihimpun Nukilan.id dari berbagai sumber.
1. Baterai Ponsel Bisa Tiba-Tiba Habis
Antrean panjang dan waktu tunggu yang melelahkan kerap membuat penumpang mengisi waktu dengan bermain ponsel. Namun, tak jarang hal ini justru menjadi bumerang ketika baterai ponsel habis saat boarding.
Karen Kapnik, seorang traveler yang sering bepergian untuk urusan pekerjaan, pernah mengalami situasi serupa. Saat itu, ia harus kembali berjalan cukup jauh ke area khusus pencetakan boarding pass karena ponselnya mati tepat di depan pemeriksaan keamanan. Peristiwa yang nyaris membuatnya tertinggal pesawat itu menjadi pelajaran berharga hingga akhirnya ia selalu mencetak boarding pass setiap kali bepergian.
2. Gangguan Sinyal dan Wi-Fi Bisa Jadi Masalah
Tak semua bandara memiliki koneksi internet yang stabil. Di sejumlah bandara internasional, sinyal seluler bisa lemah atau Wi-Fi sulit diakses. Dalam situasi seperti itu, membuka aplikasi maskapai untuk menunjukkan boarding pass digital bisa menjadi tantangan tersendiri.
Adam Scott, pendiri BermudAir yang juga tengah mengembangkan maskapai baru bernama AnguillAir, mengakui bahwa aplikasi perusahaannya memang mendukung Apple Wallet agar penumpang bisa menyimpan boarding pass secara digital. Namun, ia tetap menyarankan para traveler untuk membawa salinan cetak. Menurutnya, di banyak bandara, khususnya internasional, layanan internet kerap terbatas, dan membawa boarding pass fisik dapat menghindarkan penumpang dari stres yang tak perlu serta menjamin proses check-in dan boarding yang lebih lancar.
Meskipun ada alternatif seperti menyimpan tangkapan layar (screenshot) boarding pass, langkah tersebut tetap memiliki risiko. Ketika ponsel mati, akses ke galeri foto pun akan tertutup, membuat penumpang tetap kesulitan menunjukkan bukti tiket.
3. Aplikasi Maskapai Tak Selalu Bebas Masalah
Mengandalkan aplikasi maskapai pun bukan tanpa risiko. Sekalipun sebagian besar aplikasi modern mendapat ulasan baik dan tampak andal, gangguan teknis tetap bisa saja terjadi.
Penasihat perjalanan Rebekah Ingraham menceritakan pengalamannya ketika transit di Paris dalam kondisi terburu-buru. Saat itu, mobile boarding pass miliknya terus mengalami gangguan di aplikasi maskapai — kadang muncul, kadang hilang — hingga membuatnya kerepotan di tengah waktu yang terbatas.
Hal serupa juga pernah dialami Bobby Laurie, seorang mantan pramugari yang kini menjadi pakar perjalanan. Dalam satu perjalanan, penerbangannya dibatalkan, dan untuk memesan ulang, agen bandara membutuhkan boarding pass miliknya untuk dipindai. Namun karena boarding pass digital tersebut otomatis menghilang setelah pembatalan, ia terpaksa menunggu sekitar 20 menit hingga agen menemukan kembali data reservasinya. Waktu selama itu menjadi krusial, karena menentukan apakah ia bisa segera terbang dengan pesawat selanjutnya malam itu atau harus menunggu hingga esok hari.
4. Informasi Tambahan pada Boarding Pass Cetak
Tak hanya soal aksesibilitas, boarding pass versi cetak kerap memuat informasi lebih lengkap dibanding versi digital. Salah satu contohnya adalah nomor tiket pesawat, informasi penting yang tidak selalu tercantum di versi mobile. Data ini sering kali diperlukan, terutama dalam situasi seperti pengajuan pengembalian dana atau perubahan jadwal penerbangan.
Sebaliknya, boarding pass digital umumnya hanya menampilkan nomor konfirmasi yang belum tentu cukup untuk menyelesaikan keperluan administratif dengan maskapai. (XRQ)
Reporter: Akil