Nukilan.id – Kebun Binatang Surabaya dilaporkan berhasil menetaskan belih dari dua lusin bayi komodo (Varanus komodoensis), di penangkaran dalam beberapa bulan terakhir, sebagai bagian dari program pengembangbiakan. Keberhasilan penetasan lusinan bayi komodo ini menawarkan harapan untuk melestarikan satwa terancam punah itu.
Kadal hidup terbesar di Dunia yang hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Komodo yang terdaftar sebagai Warisan Dunia dan Flores ini jumlah populasinya di alam hanya sekitar 3.458 spesies, termasuk yang berusia dewasa.
Reptil menakutkan ini dapat tumbuh hingga tiga meter panjangnya dan beratnya mencapai 90 kilogram. Satwa dilindungi satu ini kini terancam oleh aktivitas manusia dan perubahan iklim yang menghancurkan habitat mereka.
Program penangkaran di kota terbesar kedua di Indonesia, yakni surabaya, mencoba mengubah kondisi komodo dengan mengembangbiakkan komodo melalui inkubator sejak Februari hingga Maret 2022. Hasilnya 29 bayi komodo berhasil ditetaskan.
“Kami memiliki habitat yang mencerminkan habitat alami komodo, termasuk kelembaban dan suhunya,” ujar Chairul Anwar Direktur Kebun Binatang Surabaya kepada AFP.
Bayi-bayi komodo yang baru lahir itu ditetaskan dari telur yang dihasilkan dua komodo betina, setelah telur-telurnya ditempatkan dalam inkubator demi mencegah dimakan oleh induknya atau komodo lainnya. Perlu diketahui, komodo betina tidak membutuhkan komodo jantan untuk dapat membuahi telur.
Kebun Binatang Surabaya memulai programnya sejak 1990-an sebagai bagian dari upaya melestarikan spesies di kota yang terletak lebih dari 700 kilometer dari habitat alami naga itu.
Setelah sekian kelahiran yang terjadi, kebun binatang itu kini memiliki kolieksi sekitar 134 komodo. Jumlah itu menjadikannya kelompok terbesar komodo di luar habitatnya di gugusan pulau di sebelah timur Bali.
Dalam laporan tahunannya, Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam memperingatkan bahwa habitat spesies yang terancam punah ini diperkirakan akan menyusut hingga 30 persen dalam 45 tahun ke depan, dikarenakan naiknya permukaan laut.
Anwar mengatakan, komodo tidak akan dilepaskan kembali ke alam liar di Pulau Komodo atau Flores sampai kondisinya habitatnya membaik.
“Pulau Komodo masih bekerja untuk meremajakan hutan,” kata Anwar. Saat ini mangsa alami komodo, seperti rusa, populasinya di habitat menurun. [Betahita]