NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Bulan Juni 2025 akan menjadi momentum krusial bagi Partai Golkar Aceh. Pasalnya, Musyawarah Daerah (Musda) ke-12 akan digelar untuk memilih Ketua DPD I periode 2025–2030. Situasi ini pun menjadi ajang refleksi serta evaluasi internal.
Salah satu suara kritis datang dari Forum Beringin Bersama (FBB). Lewat dialog eksklusif bersama Dialeksis, Teuku Alfian yang akrab disapa Ampon T, menyampaikan pandangannya. Sebagai kader senior sekaligus pengacara ternama di Aceh, ia menyoroti berbagai dinamika partai selama kepemimpinan Drs. H. Teuku Muhammad Nurlif, S.E.
Terkait isu diskresi yang diajukan T.M. Nurlif agar dapat kembali mencalonkan diri, Ampon T menyebut bahwa itu merupakan hal yang lumrah.
“Memperjuangkan diskresi itu sah-sah saja dan manusiawi. Bukankah sudah menjadi kodrat manusia bahwa setiap orang memiliki hasrat dan ambisi?” katanya lugas.
Namun demikian, ia berharap DPP Golkar bersikap lebih bijaksana. Ia menekankan perlunya visi strategis dan keberanian untuk melakukan perbaikan menyeluruh demi masa depan partai.
Sejumlah wacana berkembang menjelang Musda. Salah satunya adalah kemungkinan rotasi struktural, yakni T.M. Nurlif menjadi Ketua Dewan Pertimbangan, sementara Lukman C.M. disebut-sebut menggantikan posisi Ketua DPD I.
“Namun, jika ide ini benar-benar direalisasikan, di mana letak fundamental perubahan secara organisasi?” ujar Ampon T mempertanyakan.
Ia mengingatkan agar Golkar tidak terjebak dalam kepentingan pragmatis yang sempit. Menurutnya, perubahan harus menyentuh akar persoalan, bukan hanya permukaan.
Forum Beringin Bersama juga menggagas audit menyeluruh terhadap kinerja organisasi. Menurut Ampon T, evaluasi seperti ini adalah hal biasa dalam organisasi modern.
“Audit adalah cara organisasi modern untuk membaca dan menilai dirinya sendiri… Karena itu, kami meminta DPP sebagai pihak yang memiliki kewenangan lebih tinggi untuk menjalankannya,” tegasnya.
Ia menambahkan, budaya evaluatif adalah upaya mendorong lahirnya semangat baru dalam tubuh partai. Uniknya, meski belum ada yang secara terbuka menolak audit, sikap diam yang terjadi justru mengindikasikan adanya dukungan diam-diam dari banyak pihak.
Ampon T menanggapi tudingan bahwa kritik bisa merusak citra partai. Menurutnya, justru yang lebih berbahaya adalah kepemimpinan yang tertutup dan otoriter.
“Tuduhan merusak citra partai rasanya terlalu jauh… Kritik dan perbedaan pendapat adalah sesuatu yang alamiah, bahkan penting,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya budaya demokratis dalam partai. Organisasi yang sehat, kata dia, akan mampu menampung kritik secara terbuka dan menjadikannya bahan perbaikan.
Jelang Musda, sejumlah nama mencuat sebagai bakal calon Ketua DPD I Golkar Aceh. Mereka adalah Lukman CM, Andi Harianto Sinulingga (Andi HS), Teuku Raja Keumangan (TRK), Bustami Hamzah, dan Haji Mukhlis.
“Semua nama yang beredar di publik selama ini memiliki peluang yang sama,” ujar Ampon T diplomatis.
Meski begitu, ia menggarisbawahi pentingnya kapasitas dan rekam jejak. Ia menilai Andi HS memiliki peluang besar karena pengalaman dan peran aktifnya antara pusat dan daerah. TRK dan Haji Mukhlis juga disebut berpeluang berkat kontribusi mereka di akar rumput.
Menanggapi masa jabatan T.M. Nurlif yang akan segera berakhir, Ampon T menyampaikan evaluasi objektif. Ia tak menafikan kontribusi sang ketua, namun juga menyoroti gaya kepemimpinan yang terkesan terpusat.
“Namun, yang kami khawatirkan adalah gaya kepemimpinan yang cenderung ‘one man show’,” katanya.
Ia menyebut perlunya audit menyeluruh agar semua pihak bisa terbebas dari beban sejarah. Kendati mengkritik, Ampon T tetap menunjukkan sikap respek terhadap sosok Nurlif secara pribadi.
Mengakhiri wawancara, Ampon T menyerukan agar publik tetap peduli terhadap Golkar Aceh. Baginya, partai ini bukan sekadar institusi politik, tapi bagian dari kehidupan publik yang harus terus dikritisi secara sehat.
“Saling kontrol itu penting agar kita semua bisa saling menjaga agar tetap waras dan berjalan secara normal,” tutupnya.
Editor: AKil