NUKILAN.ID | SINGKIL — Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, kritik tajam dilontarkan aktivis Aceh Singkil, Rahman S.H., terkait kondisi infrastruktur di daerah tersebut. Rahman menilai, kemerdekaan belum sepenuhnya dirasakan masyarakat karena berbagai persoalan mendasar tak kunjung teratasi.
“Aceh Singkil Satu Juta Lubang, Satu Juta Dosa,” tulis Rahman dalam keterangannya yang diterima Nukilan.id, Rabu (13/8/2025). Ia menuturkan, jalan-jalan di Aceh Singkil dipenuhi lubang, bukan hanya satu atau dua, tetapi begitu banyak hingga warga menjulukinya “satu juta lubang”.
Kondisi itu, kata dia, membuat pengendara motor dan mobil harus ekstra hati-hati setiap hari agar terhindar dari kecelakaan.
“Lubang-lubang ini bukan sekadar masalah teknis, tetapi simbol nyata kegagalan pemerintah memprioritaskan kebutuhan rakyat,” kata Rahman.
Rahman juga menyoroti kondisi jalan di jalan di Desa Buluara yang menurut informasi masyarakat setempat merupakan tanah kelahiran Bupati Aceh Singkil saat ini. Ia mengungkapkan, sejak kemerdekaan RI hingga kini, jalan menuju desa tersebut belum pernah tersentuh aspal.

“Saat musim hujan, jalannya berlumpur dan tergenang air. Musim kemarau, debu beterbangan. Generasi demi generasi di sana hidup dengan harapan yang terus diulur,” ungkapnya.
Ironisnya, lanjut Rahman, di tengah kondisi infrastruktur yang memprihatinkan, pemerintah daerah justru mengalokasikan anggaran Rp 2,2 miliar untuk membeli mobil dinas baru dan Rp 90 juta untuk iPad. Menurutnya, dana tersebut bisa digunakan untuk memperbaiki jalan, mengaspal desa, dan memperlancar akses warga.
“Kita merdeka dari penjajah sejak 1945, tapi belum merdeka dari mentalitas feodal dan pemborosan anggaran. Setiap lubang di jalan adalah luka yang menganga, dan setiap pengadaan mewah adalah garam yang ditaburkan di atasnya,” tegasnya.
Rahman menegaskan, kemerdekaan seharusnya berarti bebas dari jalan rusak, polusi, dan kebijakan yang mengorbankan kepentingan rakyat demi gengsi pejabat.
“Jika pemerintah tak segera membenahi prioritasnya, maka perayaan kemerdekaan di Aceh Singkil hanyalah pesta di atas penderitaan,” katanya.
Ia menutup pernyataannya dengan mengingatkan, “Merdeka bukan hanya tentang mengibarkan bendera, tapi memastikan rakyat berjalan di jalan yang aman, bukan di jalan penuh lubang dan penuh dosa kebijakan.” (XRQ)