Nukilan.id – Harga cabai di Indonesia kerap kali mengalami fluktuasi, yang utamanya diakibatkan oleh faktor cuaca. Misalnya saja belakangan ini, harga cabai melambung tinggi di atas Rp 100.000/Kg, namun ketika anjlok bisa menyentuh Rp 20.000-25.000/Kg.
Kenaikan harga cabai biasanya terjadi ketika curah hujan sedang ekstrem. Akibatnya, petani tak bisa memanen cabai, sehingga pasokan kurang dan harga tinggi. Sebaliknya, jika cuaca panas, maka kualitas cabai akan bagus dan bisa dipanen. Dengan demikian, pasokan cabai akan melimpah, dan harga pun jatuh.
Kedua kondisi ini punya dampak yang jauh berbeda baik di level produsen maupun konsumen. Ketika cabai langka, petani bisa diuntungkan dengan harga yang tinggi, dan konsumen terpaksa membeli dengan harga yang mahal. Namun, ketika musim panen petani merugi, dan konsumen diuntungkan dengan harga yang murah.
Untuk mengatasi itu, perlu adanya teknologi yang bisa menyimpan cabai untuk waktu yang lama. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan, pihaknya akan menyebarkan sebuah mesin dengan teknologi ozon yang bisa mempertahankan kualitas cabai sampai kurang lebih 2 bulan.
Baca juga: Harga Cabai Tembus Rp150.000/Kg Jelang Ramadhan
“Untuk periode tanam kedua mudah-mudahan kita sudah bisa bantu dengan alat untuk menyimpan cabai dalam waktu yang cukup lama, lebih kurang 2 bulan. Jadi kalau oversupply kita bisa simpan,” kata Syailendra kepada detikcom, Rabu (31/3/2021).
Mesin berteknologi ozon ini nantinya akan dibagikan di sentra-sentra produksi cabai, antara lain di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Targetnya, pada musim panen besar kedua yakni Juli-Agustus 2021, mesin ini sudah bisa dibagikan.
“Bagaimana cara mengatasi cabai ini, mudah-mudahan panen kedua alat-alat itu sudah bisa kita install di sentra-sentra produksi, dan cabainya jauh lebih bagus,” urainya.
Baca juga: Kementan: Komoditas Pangan Aman Jelang Ramadhan dan Idul Fitri
Nantinya, petani juga akan diajarkan cara memanen cabai yang baik agar kualitas cabai lebih baik. Dengan demikian, ketika musim panen, kelebihan stok cabai bisa disimpan untuk kemudian didistribusikan ketika tak ada panen.
“Kita di daerah sentra-sentra yang besar dulu. Ini bukan coba lagi, sudah tinggal pasang,” tandas Syailendra. [detik.com]