Harga Minyak Mentah Bangkit di Awal Tahun 2025, Dorongan dari Harapan Ekonomi Tiongkok

Share

NUKILAN.id | Jakarta – Harga minyak mentah mencatat kenaikan pada hari pertama perdagangan tahun 2025, Kamis (2/1), didorong oleh optimisme pasar terhadap kebijakan ekonomi Tiongkok dan berakhirnya musim liburan. Tiongkok, sebagai konsumen minyak terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat, menjadi sorotan karena janji Presiden Xi Jinping untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Harga minyak mentah berjangka Brent naik 46 sen atau 0,6 persen menjadi US$75,10 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 49 sen atau 0,7 persen ke level US$72,21 per barel.

Dalam pidato Tahun Baru, Xi Jinping menyatakan komitmennya untuk menerapkan kebijakan ekonomi yang lebih proaktif pada 2025. Hal ini memberikan angin segar bagi pasar, terutama setelah data manufaktur Tiongkok yang dirilis sebelumnya menunjukkan hampir tidak ada pertumbuhan pada Desember, meskipun sektor layanan dan konstruksi mulai pulih.

Analis pasar dari IG, Tony Sycamore, mengungkapkan bahwa risiko geopolitik dan kebijakan ekonomi AS di bawah Donald Trump turut menjadi perhatian pasar. Trump, yang resmi menjabat sebagai presiden, diperkirakan akan memacu pertumbuhan ekonomi AS secara agresif meskipun menghadapi tantangan tarif.

“Rilis data PMI Caixin Tiongkok hari ini dan data manufaktur ISM AS besok akan menjadi penentu pergerakan harga minyak mentah selanjutnya,” ujar Sycamore, seperti dikutip dari Reuters. Ia juga menambahkan bahwa grafik mingguan WTI menunjukkan pola pergerakan yang semakin ketat, mengindikasikan potensi pergerakan besar dalam waktu dekat.

Sementara itu, pasar menantikan laporan stok minyak mingguan AS dari Badan Informasi Energi (EIA), yang tertunda akibat libur Tahun Baru. Data awal menunjukkan kemungkinan penurunan stok minyak mentah dan sulingan AS, meski persediaan bensin diperkirakan meningkat.

Tahun ini, harga minyak diproyeksikan akan bertahan di kisaran US$70 per barel, melanjutkan tren penurunan untuk tahun ketiga berturut-turut setelah penurunan 3 persen pada 2024. Penyebabnya adalah lemahnya permintaan dari Tiongkok serta meningkatnya pasokan global yang berhasil menyeimbangkan upaya OPEC+ dalam menopang pasar.

Di Eropa, Rusia menghentikan ekspor gas melalui jaringan pipa era Soviet yang melintasi Ukraina pada Hari Tahun Baru. Langkah ini, meski sudah lama diantisipasi, diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap konsumen Uni Eropa, yang telah menyiapkan pasokan alternatif. Hungaria tetap menerima pasokan gas Rusia melalui pipa TurkStream di bawah Laut Hitam.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News