NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Harga kebutuhan pokok, khususnya beras, di berbagai pasar tradisional maupun modern di Aceh menunjukkan tren kenaikan dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikan ini terutama dirasakan pada jenis beras premium, yang menjadi konsumsi utama masyarakat perkotaan.
Hal ini diungkapkan oleh Nancy Ekariany, SE, M.Si.Ak, Analis Kebijakan Pertama (AKP) Harga Pangan dari Dinas Pangan Aceh dalam dialog interaktif di PRO 1 RRI Banda Aceh, Selasa (22/7/2025).
“Jadi memang kondisi sekarang kalau kita lihat di pasar, dari segi beberapa harga sembako memang ada kenaikan, terutama di harga beras yang memang sudah ada kenaikan,” ujar, dikutip dari RRI.
Nancy menjelaskan bahwa kenaikan harga beras premium ini sudah mulai terlihat sejak Juni 2025 dan mengikuti tren serupa secara nasional. Di Aceh, yang termasuk dalam zona 2, harga eceran tertinggi (HET) untuk beras medium kini sudah menembus angka di atas Rp 14.000 per kilogram, dari yang sebelumnya Rp 13.100. Adapun beras premium mengalami kenaikan dari Rp 15.400 menjadi Rp 15.764 per kilogram.
Kenaikan ini cukup terasa di masyarakat karena bertepatan dengan momen tahun ajaran baru dan Hari Raya Idul Adha yang baru saja berlalu.
Menurut Nancy, kondisi ini berkaitan langsung dengan siklus pertanian di Aceh yang saat ini tengah memasuki masa tanam padi. Artinya, pasokan dari hasil panen lokal belum tersedia dalam jumlah besar di pasar. Akibatnya, ketersediaan beras lebih banyak bergantung pada distribusi dari luar daerah atau cadangan pemerintah.
“Penyebab kenaikan harga beras itu sendiri memang sudah biasa terjadi, apalagi Aceh saat ini berada di masa nanam padi, bukan berada di masa panen. Namun, stok beras untuk wilayah Aceh sendiri saat ini bisa dibilang masih tersedia dengan banyak,” tegasnya.
Fenomena serupa juga pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Selain masa tanam, faktor distribusi logistik, kenaikan biaya transportasi, kondisi iklim, serta meningkatnya permintaan menjelang hari-hari besar turut mempengaruhi lonjakan harga di pasaran.
Meski demikian, Nancy memastikan pemerintah daerah melalui Dinas Pangan terus melakukan pemantauan harga serta menjalin koordinasi dengan distributor dan pedagang untuk menjaga harga tetap dalam batas wajar.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tidak melakukan aksi borong yang justru bisa memperparah kondisi.
“Kami harap masyarakat bisa belanja sesuai kebutuhan dan tidak panik. Pemerintah akan terus memantau pasar dan melakukan langkah intervensi apabila diperlukan,” ujarnya.
Sebagai bagian dari solusi jangka panjang, pemerintah daerah kini mendorong percepatan tanam dan peningkatan produktivitas pertanian lokal. Harapannya, setelah masa panen tiba, harga beras bisa kembali stabil dan Aceh lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras domestik.
Editor: Akil