NUKILAN.id | JAKARTA – Kekosongan jabatan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat di Washington DC telah berlangsung hampir dua tahun sejak ditinggalkan Rosan Roeslani pada 17 Juli 2023. Hingga kini, belum ada sosok baru yang ditunjuk untuk menduduki posisi strategis tersebut.
Rosan yang sebelumnya menjabat sebagai Dubes RI untuk AS, mengakhiri masa tugasnya setelah ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kini, di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang mulai menjabat pada 20 Oktober 2024, jabatan tersebut juga belum diisi.
Padahal, hubungan diplomatik dan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Amerika Serikat merupakan salah satu pilar penting dalam kebijakan luar negeri Indonesia, terutama di bidang perdagangan dan investasi.
Menurut Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho, kekosongan ini berdampak serius terhadap kehadiran Indonesia di panggung diplomasi internasional.
“Jadi ada kekosongan representatif (Indonesia) di US. Ini yang juga menurut saya sesuatu yang melihat bahwa US itu bukan mitra dagang potensial atau strategis kita. Pemerintah abai dalam hal ini menurut saya,” ujar Andry, Jumat (4/4/2025).
Andry menyoroti potensi kerugian ekonomi karena tidak adanya representasi langsung Indonesia di Negeri Paman Sam. Apalagi, Amerika Serikat merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama bagi produk-produk unggulan Indonesia, seperti perlengkapan elektrik, pakaian, aksesori rajutan, dan alas kaki.
“Kita tahu banyak produk yang akan sulit masuk ke pasar US dan produk-produk di antaranya produk industri padat karya,” ujarnya.
Ketiadaan Dubes juga mencuat kembali setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan kebijakan baru terkait kenaikan tarif impor. Dalam situasi seperti ini, peran seorang Duta Besar sangat vital untuk menjembatani kepentingan Indonesia, khususnya dalam menjaga akses pasar ekspor yang selama ini menyumbang surplus perdagangan signifikan.
Sebagai catatan, Rosan Roeslani menjadi Dubes RI untuk AS terakhir sebelum akhirnya mengemban tugas baru di Kabinet Indonesia Maju. Di era pemerintahan Prabowo, Rosan kini menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Sementara itu, Indonesia sendiri memiliki sejarah panjang dalam penempatan diplomatnya di Washington DC. Sejak era Presiden Soekarno hingga Jokowi, tercatat 21 nama pernah menjabat sebagai Dubes RI untuk AS. Mereka antara lain Ali Sastroamidjojo, Soedjatmoko, Dino Patti Djalal, hingga Muhammad Lutfi.
Namun kini, daftar tersebut belum bertambah karena kursi Dubes di Negeri Paman Sam masih kosong. Pemerintah pun dinilai perlu segera mengambil langkah konkret untuk menunjuk sosok representatif yang mampu menjawab tantangan diplomasi dan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang kian kompleks.
Editor: Akil