NUKILAN.ID | TAPAKTUAN – Koordinator Wilayah Barat Yayasan P2TP2A Rumoh Putroe Aceh, Gusmawi Mustafa, menegaskan bahwa perceraian bukan hanya peristiwa hukum, melainkan juga meninggalkan luka mendalam, terutama bagi anak-anak.
“Perceraian adalah peristiwa yang tidak pernah diharapkan oleh siapa pun. Setiap pasangan yang menikah tentu mendambakan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Namun, perjalanan hidup sering kali menghadirkan ujian yang berat,” ujarnya dalam tulisannya yang diterima Nukilan.id pada Jumat (12/9/2025).
Menurut Gusmawi, perselisihan, pertengkaran, hingga persoalan ekonomi kerap menjadi pemicu pasangan memilih jalan berpisah. Meski bagi orang dewasa perceraian bisa dianggap solusi, bagi anak-anak justru menjadi luka yang sulit sembuh.
“Bagi sebagian orang dewasa, perceraian mungkin dianggap sebagai jalan keluar untuk mengakhiri konflik. Namun, bagi anak-anak, perceraian bukanlah solusi malah menjadi luka. Mereka adalah korban paling menderita dari retaknya rumah tangga orangtuanya,” kata Gusmawi.
Ia menambahkan, anak kehilangan dua hal sekaligus ketika orangtuanya bercerai, yakni keutuhan keluarga dan rasa aman yang selama ini menjadi fondasi tumbuh kembang. Dampak yang kerap muncul antara lain kebingungan emosional, rasa bersalah, kehilangan kasih sayang penuh, gangguan sosial hingga trauma jangka panjang.
“Anak-anak tidak pernah meminta dilahirkan dalam keluarga yang berpisah. Mereka hanya menginginkan kasih sayang utuh dari kedua orangtuanya,” ucapnya.
Meski begitu, Gusmawi menekankan bahwa perceraian bukan alasan untuk mengurangi kasih sayang kepada anak. Orangtua tetap memiliki tanggung jawab yang sama, bahkan harus lebih berkomitmen menjaga peran masing-masing.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan, kata Gusmawi, adalah menjaga komunikasi sehat antarorangtua, hadir secara emosional dan fisik meskipun tidak tinggal bersama, melindungi anak dari konflik, memberikan jaminan kasih sayang ganda, serta melibatkan dukungan keluarga besar.
“Meski ada solusi menjaga kasih sayang, kenyataannya perceraian selalu meninggalkan luka. Karena itu, sebelum mengambil keputusan berpisah, setiap pasangan perlu kembali merenung dan memperjuangkan rumah tangganya,” tegasnya.
Ia mengingatkan, perceraian memang bisa menjadi jalan terakhir ketika semua usaha telah ditempuh. Namun sebelum sampai ke titik itu, pasangan harus memikirkan masa depan anak-anak yang membutuhkan kasih sayang utuh agar tumbuh sehat secara mental dan emosional.
“Jika pun perpisahan tidak terhindarkan, jangan biarkan anak kehilangan cinta. Kasih sayang harus tetap hadir, meski rumah tangga tidak lagi utuh,” pungkas Gusmawi. (XRQ)
Reporter: Akil