NUKILAN.id | Banda Aceh – Pemerintah Aceh terus mendorong lahirnya investasi strategis demi memperkuat ekonomi daerah. Salah satu langkah konkrit dilakukan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, saat bertemu pengusaha nasional Hasyim Djojohadikusumo di Aula Arsari Group, Jakarta Pusat, Jumat (11/4/2025).
Dalam pertemuan yang juga dihadiri Ketua DPRA Zulfadli, A.Md dan sejumlah pejabat Aceh lainnya, Muzakir atau yang akrab disapa Mualem, menyampaikan berbagai tantangan pembangunan di Tanah Rencong. Salah satunya adalah ketergantungan petani terhadap fasilitas penggilingan padi di luar Aceh.
“Selama ini, gabah dari Aceh dikirim ke Medan untuk digiling, kemudian kembali ke Aceh dalam bentuk beras. Ini menyebabkan harga beras menjadi mahal dan petani kita tidak menikmati keuntungan secara optimal,” kata Mualem dalam keterangan tertulis, Minggu (13/4/2025).
Untuk menjawab persoalan itu, Mualem menawarkan peluang investasi pembangunan rice mill atau penggilingan padi mini di sentra-sentra pertanian Aceh. Ia menilai kehadiran fasilitas tersebut akan menekan biaya logistik sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani lokal.
Tak hanya sektor pertanian, peluang besar juga disampaikan Mualem di bidang perikanan. Ia menekankan pentingnya pembangunan pabrik pengalengan ikan tuna di Aceh, mengingat besarnya potensi hasil laut di wilayah itu dan kebutuhan akan serapan tenaga kerja.
Lebih jauh, Gubernur Aceh juga menyinggung pentingnya mengaktifkan kembali Pabrik Kertas Aceh yang sudah lama mangkrak, serta mendorong pengalihan lahan ASEAN Aceh Fertilizer (AAF) dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Aceh agar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
Menanggapi hal tersebut, Hasyim Djojohadikusumo, yang juga adik Presiden RI Prabowo Subianto, memberikan respons positif. Ia menyambut baik ajakan investasi tersebut dan siap membantu menghadirkan teknologi penggilingan padi mini di Aceh.
“Saya akan bantu hadirkan rice mill mini ke Aceh dan segera menghubungi para investor untuk melihat langsung potensi yang ada,” ujar Hasyim.
Menurut Hasyim, teknologi yang dikembangkan bersama mitra seperti Siki Shor dan Akiva, terbukti fleksibel dan cocok diterapkan di berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil yang belum memiliki akses ke penggilingan besar.
Pertemuan itu turut dihadiri oleh Sekretaris Daerah Aceh, M. Nasir Syamaun, dan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Iskandar Zulkarnaen. Dalam kesempatan tersebut, Iskandar memaparkan potensi Sabang sebagai pelabuhan bebas dan hub logistik regional.
“Sabang telah ditetapkan sebagai pelabuhan bebas sejak 25 tahun lalu. Kini saatnya kita optimalkan sebagai pintu gerbang perdagangan regional,” ujar Iskandar.
Dengan dukungan dari sektor swasta dan komitmen kuat dari pemerintah daerah, Aceh berharap dapat membuka lembaran baru dalam pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.