NUKILAN.id | Jakarta – Golongan putih (golput) sering menjadi sorotan setiap kali pemilihan umum berlangsung di Indonesia. Namun, hingga saat ini, belum ada mekanisme yang secara jelas mampu menjamin golput dapat menjadi sinyal kuat bagi perubahan politik.
Hal tersebut disampaikan oleh Hilarius Bryan Pahalatua Simbolon, Koordinator Lab Demokrasi, dalam keterangannya kepada Nukilan.id. Menurutnya, golput sering dipandang sebagai bentuk apatisme ideologis atau ketidakpuasan terhadap proses pemilu dan pilihan kandidat yang tersedia. Namun, ada pula alasan teknis yang menyebabkan golput, seperti hambatan geografis atau aksesibilitas ke tempat pemungutan suara (TPS).
“Pengamatan saya saat ini, tidak banyak hal yang bisa menjamin golput ini akan menjadi sinyal kuat bagi perubahan politik,” kata Bryan kepada Nukilan.id, Sabtu (30/11/2024).
Ia menambahkan bahwa secara regulasi dan mekanisme, golput belum diakomodasi sebagai jawaban untuk mendorong perubahan politik. Bahkan, golput justru dapat berpotensi menjadi celah terjadinya pelanggaran dalam pemilu.
“Seringkali efek dari golput ini justru akan berpotensi dimanfaatkan menjadi ‘kejahatan pemilu’, misalnya surat suara yang tidak dipakai bisa dicoblos begitu saja untuk kepentingan paslon tertentu,” jelasnya.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa golput pernah menjadi simbol perlawanan kuat pada masa Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto.
“Saat itu, golput menjadi kanal oposisi dalam setiap pemilu dan berkontribusi pada dinamika politik yang memuncak pada reformasi 1998,” ungkapnya.
Namun, Hilarius mencatat bahwa setelah reformasi, gerakan golput belum mampu terkonsolidasi dengan baik.
“Dalam kondisi sekarang, golput justru lebih sering menguntungkan elite penguasa karena tidak terorganisasi secara efektif,” tuturnya.
Fenomena golput tetap menjadi perhatian penting, terutama di tengah dinamika politik yang terus berkembang. Apakah golput akan kembali menjadi simbol perlawanan atau hanya menjadi angka pasif dalam pesta demokrasi, masih menjadi pertanyaan besar. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah