Gletser Menopang Kehidupan, PBB Serukan Aksi Global

Share

NUKILAN.ID | TAJIKISTAN — Dalam sebuah pertemuan internasional penting di Dushanbe, Tajikistan, Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed menyerukan aksi segera untuk melindungi ekosistem air dari ancaman mencairnya gletser. Dalam pidato pembukaan Konferensi Internasional tentang Pelestarian Gletser pada Jumat (30/5/2025), ia menyampaikan peringatan keras.

Sejak 1975, dunia telah kehilangan lebih dari 9.000 miliar ton es. Jumlah itu setara dengan balok es setebal 25 meter yang menutupi seluruh Jerman.

“Jika tren saat ini terus berlanjut, banyak gletser mungkin tidak akan bertahan di abad ini. Ini akan mengubah bentang alam, ekosistem, penghidupan, dan keamanan air dalam skala global,” ujar Mohammed tegas.

Krisis Lambat yang Menerjang Dunia

Menurut Mohammed, mencairnya gletser bukan hanya persoalan daerah pegunungan. “Ini bukan sekadar krisis pegunungan – ini adalah bencana global yang bergerak lambat dengan konsekuensi luas bagi planet dan manusia,” ungkapnya.

Sehari sebelum konferensi, ia mengunjungi Gletser Vanj Yakh di bagian tengah utara Tajikistan. Di sana, ia menyaksikan langsung keindahan luar biasa dari gletser yang padat dan vital itu.

Namun, di balik keindahan tersebut, tersimpan kenyataan pahit. Dalam delapan dekade terakhir, gletser tersebut telah kehilangan volume air yang setara dengan 6,4 juta kolam renang Olimpiade. Hal ini menandakan percepatan mencairnya es akibat perubahan iklim.

“Ini bukan sekadar es. Ini adalah makanan, air, dan keamanan untuk generasi mendatang,” kata Mohammed.

“Gletser Kita Sedang Sekarat”

Gletser dan lapisan es menyimpan sekitar 70 persen air tawar dunia. Artinya, keberadaan mereka sangat penting bagi kelangsungan hidup umat manusia. Sayangnya, lima dari enam tahun terakhir mencatat pencairan gletser tercepat yang pernah tercatat.

“Gletser kita sedang sekarat,” kata Celeste Saulo, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), yang menjadi salah satu penyelenggara konferensi.

Ia menambahkan, “Kematian sebuah gletser berarti lebih dari sekadar hilangnya es. Ini adalah pukulan mematikan bagi ekosistem kita, ekonomi kita, dan tatanan sosial kita.”

Tak hanya itu, mencairnya gletser juga meningkatkan risiko bencana seperti banjir dan longsor lumpur, serta mengganggu berbagai sektor penting seperti pertanian dan kehutanan.

Ilmu Harus Menyatu dengan Aksi

Melihat percepatan krisis ini, Mohammed menyerukan bahwa komunitas internasional tidak bisa menunda lagi.

“Waktu untuk bertindak adalah sekarang, demi rakyat kita dan planet ini,” tegasnya.

Konferensi ini bertujuan untuk menjadikan pelestarian gletser sebagai prioritas utama dalam agenda iklim global menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) yang akan digelar di Brasil pada November mendatang.

Sementara itu, Saulo menekankan pentingnya memperkuat pemantauan gletser dan sistem peringatan dini. Menurutnya, langkah ini akan membantu “menjembatani ilmu pengetahuan dan layanan publik”. Ia menambahkan, semua upaya tersebut harus diwujudkan dalam bentuk aksi konkret untuk memperlambat pencairan gletser.

Membangun Ketahanan Komunitas

Di Tajikistan sendiri, PBB telah mendukung para petani lokal melalui pelatihan dan transfer pengetahuan. Hal ini dijelaskan oleh Parvathy Ramaswami, Koordinator Residen PBB di negara tersebut.

“[Pelatihan] ini berarti lebih banyak anak-anak aman dari bencana, mereka bisa pergi ke sekolah, belajar, dan berkembang,” ujarnya. “Keluarga dan komunitas menjadi tangguh dan sejahtera.”

Suara Anak Muda Harus Didengar

Selain bertemu dengan para pejabat dan ilmuwan, Mohammed juga berdialog dengan banyak aktivis muda pegiat iklim di Tajikistan. Ia menekankan bahwa penanganan krisis gletser harus melibatkan lintas generasi, sebagaimana semangat konferensi ini.

“Keputusan global yang kita bentuk hari ini akan memengaruhi hidup mereka. Jadi, berpikir bahwa kita bisa menentukan masa depan seseorang tanpa melibatkan mereka jelas tidak sejalan dengan hak mereka untuk menentukan masa depan dan aspirasi mereka sendiri,” katanya.

Sebagai pesan untuk generasi muda, Mohammed menyampaikan harapannya agar mereka terus berani menyuarakan pandangan mereka.

“Mereka harus terus menyuarakan pendapat, terus memiliki keyakinan yang teguh, dan mengingat bahwa ini adalah perjalanan hidup—dan setiap langkah harus memiliki makna.”

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News