Nukilan.id – Selain ribuan jenis ikan, mamalia laut, bintang laut, kuda laut, terumbu karang, ubur-ubur, dan anemon, perairan Indonesia juga punya beberapa jenis penyu. Keberadaan penyu menjadi penting dalam menjaga ekosistem laut yang sehat dan akan menjadi habitat bagi hewan laut lainnya.
Penyu belimbing yang dikenal sebagai penyu terbesar di dunia memiliki jarak tempuh berkelana paling jauh dan pengaruhnya pada ekosistem laut pun besar. Namun, kehidupan reptil laut ini juga tak terlepas dari berbagai ancaman terhadap populasinya sehingga diperlukan upaya konservasi yang serius untuk menyelamatkan keberadaannya.
Penyu juga dianggap sebagai rumah bagi beberapa organisme. Makhluk air kecil yang biasa disebut epibiont sering menempel di permukaan keras seperti karapas penyu. Penyu juga membantu membangun habitat kelautan dengan menyebarkan epibiont.
Pada laut terbuka, berkilo-kilo meter dari pantai, penyu juga merupakan oasis bagi burung dan ikan. Penyu menjadi tempat beristirahat, mencari makan, hingga jadi tempat berlindung dari predator.
Dengan nama latin Dermochelys coriacea, penyu belimbing merupakan satu-satunya penyu dari famili Dermochelydae. Dalam Bahasa Inggris, ia biasa disebut leatherback sea turtle, sedangkan masyarakat lokal menyebutnya penyu raksasa, katong, atau mabo.
Untuk mengenal penyu belimbing lebih lanjut, berikut deretan fakta menarik mengenai hewan laut ini:
Penyu Terbesar yang Masih Hidup
Penyu belimbing memiliki ukuran lebih besar dibanding jenis penyu lain, seperti penyu hijau, penyu, sisik, dan penyu tempayan. Panjang badannya mencapai 2,7 meter dan bobot tubuhnya bisa sampai 500 kg.
Ciri khas dari fisik penyu belimbing adalah kulit cangkang berwarna gelap dengan bintik-bintik putih. Karapasnya juga lunak dengan sirip depan lebih panjang dibandingkan sirip belakang.
Pemakan Hewan Lunak
Penyu belimbing memenuhi kebutuhan nutrisinya dari hewan lunak seperti ubur-ubur. Ia mampu mengarungi samudera hanya dengan mengandalkan makanan dari hewan mirip agar-agar tersebut. Namun, memang konsumsinya pun dalam jumlah besar.
Penyu belimbing mampu memakan hingga 200 kg ubur-ubur setiap harinya atau beratnya setara dengan seekor singa Afrika.
Selain ubur-ubur, penyu belimbing juga terkadang makan rumput laut, ikan, krustasea, dan invertebrata laut lain.
Proses Bertelur Penyu Belimbing
Penyu belimbing betina dapat bertelur empat sampai lima kali per musim atau setiapa dua-tiga tahun. Dalam sekali bertelur, jumlahnya bisa 60-120 telur. Namun, setengah dari telur di sarangnya berukuran sangat kecil untuk bisa berkembang dengan baik atau bahkan tidak memiliki bagian kuning telur.
Pada September 2021, penyu belimbing pernah ditemukan muncul di pesisir Pantai Sungai Belacan, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Penyu dengan panjang lengkung karapas 174 cm tersebut sedang menggali lubang untuk bertelur di pantai. Kemunculan penyu belimbing di sana tergolong langka karena biasanya didominiasi oleh penyu hijau.
Sebelumnya pada Januari 2019, sebanyak 26 ekor tukik penyu belimbing berhasil menetas di Stasiun Pembinaan Populasi Penyu Rantau Sialang, SPTN Wilayah II Kluet Utara, BPTN Wilayah I Tapaktuan, Taman Nasional Gunung Leuser.
Menurut penjelasan Kepala Stasiun Pembinaan Populasi Penyu Rantau Sialang, Soloon Tanjung, dari 28 telur yang dieramkan, 26 di antaranya berhasil menetas, dan dua ekor gagal hidup.
Penyu Belimbing Merupakan Penyelam Tangguh
Penyu belimbing mampu menyelam sedalam paus penyelam dalam. Ia mampu menyelam hingga kedalaman 1.200 meter untuk mendapatkan mangsanya yaitu ubur-ubur sekaligus menghindari predator dan panas ketika melewati laut yang hangat.
Sebagai perbandingan, penyelam scuba biasanya hanya turun sampai 30 meter saja. Penyu belimbing juga merupakan reptil laut tercepat dan mencapai kecepatan 35 kilometer per jam.
Ia bahkan cukup tangguh untuk menempuh jarak ribuan kilometer untuk bermigrasi bahkan menyeberangi benua yang berbeda. Jangkauannya sangat luas, bahkan ia pernah ditemukan di utara Newfoundland, Kanada, dan Amerika Selatan.
Mereka memiliki sistem pendingin tubuh dan tubuhnya memiliki banyak minyak yang dapat menjaga suhu tubuhnya lebih tinggi dari air laut di sekitarnya sehinga dapat beradaptasi dengan suhu air yang lebih dingin sekalipun.
Persebaran Penyu Belimbing
Penyu belimbing bisa ditemukan di perairan Samudera Hindia misalnya di Sumatera dan Selatan Jawa, perairan Laut Cina Selatan yaitu Paloh, dan perairan Samudera Pasifik terutama di Kawasan Kepala Burung Papua, dam di perairan Maluku.
Salah satu tempat untuk melihat penyu belimbing adalah di Pantai Sukamade, Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Lokasi taman nasional ini berada di antara Kabupaten Jember dan Banyuwangi.
Di sana, pengunjung bisa melihat proses penyu belimbing bertelur pada malam hari. Selain penyu belimbing, di pesisir pantai juga kerap menjadi tempat berkembang biak, penyu hijau, penyu sisik, dan penyu lekang.
Menurut keterangan Puji, petugas Resort Sukamade, biasanya penyu bertelur mulai pukul tujuh malam sampai subuh. Penyu butuh waktu 2-3 jam untuk menggali lubang sampai kembali ke laut.
Status Konservasi
Pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomer 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, dijelaskan bahwa seluruh penyu termasuk penyu belimbing telah masuk ke dalam jenis biota yang dilindungi.
Dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES), penyu belimbing telah mendapatkan status Appendix I yang berarti dilarang untuk diperdagangkan secara internasional.
Sedangkan dalam badan konservasi dunia IUCN, penyu belimbing masuk kategori Critically Endangered (CR) atau sangat terancam punah.
Kehidupan penyu belimbing mendapatkan berbagai ancaman. Mulai dari pengambilan telurnya, perburuan untuk diambil dagingnya, perusakan pantai tempat bertelur, dan kematian yang tidak sengaja karena tertangkap kapal ikan atau tertabrak kapal.
Selain itu, pencemaran laut oleh plastik juga menjadi salah satu penyebab kematian penyu dan menyebabkan populasinya terus berkurang. Penyu sering mengira plastik adalah ubur-ubur kemudian tercekik saat menelannya. Phthalates yang merupakan bahan kimia dari plastik bahkan ditemukan dalam kuning telur penyu belimbing. [GNFI]