NUKILAN.id | Jantho – Upaya memanfaatkan potensi energi terbarukan kini mendapat babak baru di Aceh. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) bersama PT Pembangunan Aceh (PEMA) tengah mempersiapkan langkah strategis untuk melaksanakan pengeboran panas bumi di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Seulawah Agam, Aceh Besar. Proyek ini diharapkan menjadi tonggak penting berdirinya pembangkit listrik panas bumi pertama di provinsi Serambi Mekah.
“Kami percaya proyek ini tidak hanya memberikan manfaat dari sisi energi, tetapi juga menciptakan dampak positif bagi masyarakat sekitar melalui peluang kerja dan peningkatan ekonomi lokal,” ujar Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGEO, Edwil Suzandi, dalam keterangan resminya di Aceh Besar, Minggu (15/12).
Proyek Seulawah Agam, yang telah melalui berbagai tahap persiapan sejak 2017, menjadi salah satu prioritas utama PGEO. Dengan potensi energi hingga 320 megawatt (MW) berdasarkan survei geosains awal, wilayah ini menyimpan harapan besar untuk mendukung target net zero emission dan swasembada energi nasional. Survei geosains, pemetaan geohazard, hingga pembaruan model konseptual telah dilakukan untuk memastikan kelayakan teknis dan keberlanjutan proyek.
Pj Gubernur Aceh, Safrizal, menyambut baik rencana ini dan menegaskan pentingnya sinergi antar-lembaga serta keterlibatan masyarakat.
“Pengembangan panas bumi di Seulawah Agam adalah langkah penting untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam demi pembangunan berkelanjutan. Namun, kita juga harus memastikan masyarakat sekitar mendapatkan manfaat langsung, tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan,” ujarnya.
Saat ini, tahap persiapan akuisisi lahan sedang berlangsung. Pengeboran dijadwalkan dimulai pada 2025 dengan tiga lokasi yang dirancang strategis di sekitar Gunung Seulawah Agam. Untuk mendukung kelancaran operasional, akses jalan menuju lokasi juga tengah dipersiapkan.
Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, menyampaikan bahwa pengembangan potensi panas bumi di Aceh memiliki nilai strategis, mengingat provinsi ini kaya akan sumber daya alam tetapi minim pemanfaatan energi terbarukan.
“Kami berharap Seulawah Agam bisa menjadi pembangkit listrik panas bumi pertama di Aceh, sekaligus mendorong pengembangan energi hijau di Indonesia,” katanya optimis.
Selain itu, proyek ini tidak hanya berorientasi pada kebutuhan energi, tetapi juga membuka peluang baru bagi masyarakat sekitar. Dengan rencana pengembangan yang matang, diharapkan masyarakat dapat menikmati manfaat berupa lapangan kerja baru dan peningkatan ekonomi lokal.
Sebagai provinsi yang memiliki kekayaan alam melimpah, Aceh memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian lingkungan. Proyek Seulawah Agam menjadi simbol harapan baru, di mana energi ramah lingkungan dapat menjadi motor penggerak kemajuan daerah.
Dukungan pemerintah dan sinergi dengan masyarakat setempat menjadi kunci keberhasilan proyek ini. Dengan langkah awal yang kuat dan komitmen dari semua pihak, impian Aceh untuk memiliki pembangkit listrik panas bumi yang pertama tampaknya semakin mendekati kenyataan.
Editor: Akil