NUKILAN.id | Banda Aceh – Perempuan Indonesia Maju (PIMM) Provinsi Aceh menggelar diskusi publik dan seminar inspirasi kepemimpinan perempuan di Aula Universita Ubudiyah Indonesia, Banda Aceh, pada Selasa (20/8/2024).
Acara yang mengangkat tema “Peran Perempuan dalam Mengisi Kemerdekaan” ini menjadi wadah bagi para perempuan Aceh untuk menyuarakan aspirasi dan tantangan yang mereka hadapi.
Dalam sambutannya, Ketua Umum DPD PIMM, Prof. Adjunct Dr. Marniati, menyoroti masih terbatasnya ruang bagi perempuan untuk berkontribusi dalam pembangunan Aceh.
Ia menekankan pentingnya pemerintah untuk memberikan perlindungan lebih kepada perempuan dan anak perempuan, serta menjamin kesetaraan gender dalam berbagai bidang pendidikan, ekonomi politik, hukum dan sosial.
“Hari ini saya adalah pelaku perjuangan, saya adalah saksi, masih ada penolakan kepemimpinan terhadap perempuan di Aceh sangat keras. Bahkan calon gubernur, partai pun belum berani melawan sebagian orang-orang yang berlindung di bawah jubah/ayat untuk menolak perempuan tidak boleh memimpin di provinsi ini,” tegas Prof. Marniati.
Lebih lanjut, Prof. Marniati yang juga Rektor Universitas Ubudiyah ini menceritakan pengalamannya sebagai calon wakil gubernur perempuan pertama di Aceh.
Ia mengungkapkan bahwa banyak pihak yang masih ragu dan takut dengan adanya perempuan di posisi kepemimpinan, meskipun memiliki kapasitas dan pengalaman yang memadai.
“Saya yakin, jika saya seorang laki-laki, saya sudah menjadi pilihan partai dengan berbagai pengalaman dan kemampuan dalam hubungan antar bangsa untuk untuk membangun Aceh kedepan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Prof. Marniati menegaskan pentingnya memberikan ruang yang lebih luas bagi perempuan untuk berkontribusi dalam pembangunan Aceh. Ia mengajak seluruh perempuan Aceh untuk terus berjuang dan memperjuangkan hak-hak mereka.
“Kita harus menunjukkan bahwa perempuan mampu berbuat lebih baik jika diberikan kesempatan yang sama,” tegasnya.
Prof. Marniati juga menyoroti berbagai masalah yang dihadapi perempuan Aceh, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pemerkosaan, dan keterlibatan perempuan dalam jaringan narkoba hingga pengangguran wanita yang tinggi.
“Melalui diskusi hari ini, saya berharap kita dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan strategi untuk memperkuat peran perempuan dalam pembangunan di Aceh dan Indonesia secara keseluruhan,” pungkasnya.
Reporter: Rezi