Nukilan.id – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Banda Aceh berkomitmen untuk terus menerapkan program Gerakan Sehari Berbudaya Pasti (Sedati) Aceh di sekolah untuk semua tingkatan di bawah kewenangan pemerintah Kota Banda Aceh.
Kepala Disdikbud Banda Aceh Sulaiman Bakri mengatakan dalam Kurikulum Merdeka Belajar sekarang ini, Oleh Kemendikbudristek telah memberikan ruang pengisian kearifan lokal di sekolah, juga telah keluarnya Permendikbudristek Nomor 50 Tahun 2022 Tentang Pakaian Seragam Sekolah. Semua ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang Budaya daerah masing-masing.
Sejalan dengan ini, sebutnya, Pj Walikota Banda Aceh, Bakri Siddiq juga mendorong agar anak-anak Banda Aceh betul-betul memahami dan mengerti kearifan lokal, serta berkarakter ke-Acehan. Seperti berbudaya, berbahasa dan sikap Islami.
“Untuk menyahuti Kurikulum Merdeka Belajar, sekarang ini yang didalamnya diberi ruang kearifan lokal maka disdikbud Banda Aceh menyisipkan materi-materi yang menyangkut tentang kedaerahan masing-masing,” ucap Sulaiman Bakri saat berkunjung ke SD 16 Banda Aceh, Kamis 27 Oktober 2022, guna memantau penerapan program Sedati Aceh di sekolah tersebut.
Sulaiman Bakri menambahkan, bahwa program sehari berbudaya pasti Aceh itu sudah mulai diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik di setiap sekolah.
Tahapan pertama, lanjut Sulaiman Bakri, Disdikbud Banda Aceh sudah menerapkan ketentuan berbahasa Aceh kepada peserta didik mulai dari anak didik PAUD, SD, SMP sederajat yang berada di Banda Aceh, satu hari dalam seminggu, yakni setiap hari Kamis untuk percakapan hari-hari, sedangkan Proses Belajar Mengajar dalam Kelas secara resmi tetap menggunakan Bahasa Indonesia.
“Program Sedati Aceh ini kita lakukan setiap satu hari dalam satu minggu, kita laksanakan pada hari Kamis, pada hari Kamis itu semua sekolah yang ada di Banda Aceh itu memberlakukan Sedati Aceh mulai dari pakaian, makanan, adat istiadat, berbicara semuanya bernuansa ke-Acehan,” lanjutnya.
Selain penerapan program sehari berbudaya pasti Aceh, Disdikbud Banda Aceh juga menerapkan program Tahfiz Qur’an dan Diniyah yang juga akan bermuara kepada kearifan lokal yang saat ini sedang berjalan.
Untuk Sedati Aceh pelaksanaannya setiap hari Kamis untuk semua tingkatan sekolah, sedangkan Tahfiz Qur’an dan Diniyah itu untuk setiap esktra kurikuler pada sore hari kita lakukan pada tingkat SD dan SMP.
“Kami pihak Disdikbud Kota Banda Aceh memohon dukungan penuh kepada semua elemen masyarakat dan orang tua wali agar suksesnya program ini dalam membantu anak-anak kita menanamkan rasa cinta kepada daerahnya,”ujarnya.
Kepala sekolah SD Negeri 16 Banda Aceh, Sarniyati Yusmanita menyatakan sejalan dengan Disdikbud Banda Aceh. Saat ini sekolah yang dipimpinnya sudah menggalakkan beberapa program, seperti peningkatan karakter siswa, Sarniyati menilai saat ini karakter-karakter orang Aceh terdahulu sudah mulai tergerus zaman, seperti Ta’zim Keu Guree (hormat kepada guru), disiplin, perilaku siswa yang positif dan lainnya.
“Selain itu, dalam bidang akademik kami juga menggalakkan Budaya Aceh melalui Literasi, seperti bercerita dalam bahasa Aceh, tarian Aceh, dalail Aceh,” papar Kepsek yang baru saja memenangkan perlombaan kepala sekolah berprestasi perwakilan Banda Aceh di tingkat Provinsi, sebagai juara satu.
Setiap hari Kamis, yang menjadi hari sehari berbudaya pasti Aceh sekolah tersebut mengawali kegiatan pra pembelajaran dengan kegiatan bercerita dalam bahasa Aceh, dalail serta program- yang di galakkan disekolah itu.
“Usai pra pembelajaran, saat sudah didalam kelas guru-guru memberi materi pembelajaran dengan Bahasa Resmi yaitu Bahasa Indonesia dan bisa disisipkan dengan bahasa Aceh jika materinya sesuai.
Sarniyati merencanakan kedepan setiap hari Kamis juga akan menyajikan jajanan khas Aceh di kantin sekolahnya.
“Kedepan, kita akan menyajikan jajanan khas Aceh pada hari Kamis, sebagai pengenalan makanan khas Aceh kepada siswa,” pungkasnya. []