NUKILAN.ID | Kutacane – Dinas Pendidikan Aceh resmi menggaungkan pendidikan lingkungan berbasis Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) melalui kegiatan Pelatihan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Biologi, Kimia, dan Geografi jenjang SMA se-Aceh. Kegiatan ini berlangsung di Kutacane, Aceh Tenggara, tepat di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Selasa (12/8/2025).
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, ST., D.E.A, membuka kegiatan tersebut sekaligus menyampaikan apresiasi kepada para guru inti dan ketua MGMP. Ia menekankan peran penting guru sebagai khalifah dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus menciptakan karakter perdamaian di kalangan siswa.
“Kita sedang mempersiapkan bahan-bahan yang dapat memperkuat pembelajaran terkait perlindungan lingkungan, khususnya modul ajar yang mendukung karakter damai dan kelestarian ekosistem,” ujar Marthunis.
Ia menjelaskan, saat ini Disdik Aceh melaksanakan dua pelatihan besar secara bersamaan, yakni di Kutacane dengan fokus pada isu lingkungan, serta di Aula Disdik Aceh dengan fokus pada internalisasi isu perdamaian dalam pembelajaran.
Dalam sambutannya, Marthunis juga mengutip Surat Al-Baqarah ayat 30-33 yang menggambarkan keraguan malaikat terhadap manusia karena berpotensi merusak bumi. Namun, menurutnya, melalui pendidikan manusia dapat menjawab keraguan tersebut dengan menanamkan kesadaran lingkungan dan perdamaian.
“Melalui pendidikan, kita menjawab keraguan tersebut dengan menanamkan kesadaran lingkungan dan perdamaian kepada generasi muda,” lanjutnya.
Ia berharap hasil pelatihan tidak hanya berhenti pada penyusunan buku suplemen kurikulum, melainkan juga diimplementasikan dalam media pembelajaran, kegiatan kokurikuler, hingga ekstrakurikuler seperti pembinaan siswa pecinta alam.
Selain itu, Marthunis menegaskan pentingnya literasi sebagai dasar memahami persoalan lingkungan. “Literasi yang kuat akan membantu siswa dalam memahami teks-teks narasi dan ilmiah yang relevan, seperti artikel mengenai keanekaragaman hayati dan ekosistem,” tambahnya.
Pentingnya Menjaga Leuser
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), Badrul, SH., turut memberikan sambutan. Ia menyoroti betapa pentingnya pendidikan lingkungan di Aceh yang memiliki 3,5 juta hektare kawasan hutan.
Menurutnya, KEL adalah satu-satunya bentang alam di dunia tempat empat satwa besar—gajah, harimau, badak, dan orangutan—hidup berdampingan. Namun, ekosistem ini terus menghadapi ancaman serius.
Badrul mencatat, pada 2024 Aceh mengalami kerugian besar akibat kerusakan hutan, setara dengan 1.640 juta pohon atau sekitar 14.000 kali luas lapangan sepak bola. Rata-rata kerusakan hutan mencapai 29 hektare per hari, meningkat 19 persen dari tahun sebelumnya.
Hingga Juli 2025, tercatat 51 kasus kebakaran hutan dan lahan seluas 174 hektare dengan kerugian Rp52 miliar. Selain itu, banjir melanda 34 kali, merendam 1.232 rumah dengan kerugian Rp48 miliar. Kondisi ini semakin menekan masyarakat Aceh yang masih termasuk daerah termiskin di Sumatera.
“Jangan sampai kita baru sadar bahwa manusia tidak bisa makan uang ketika pohon terakhir sudah tumbang, sungai terakhir sudah kering, dan hewan terakhir sudah musnah,” tegas Badrul.
Ia menekankan, pendidikan harus mengintegrasikan kesadaran ekologis, bukan hanya sebatas penyampaian ilmu pengetahuan. Bahkan, menurutnya, pendekatan sastra seperti novel pun dapat menjadi media untuk menanamkan nilai-nilai pelestarian lingkungan.
Tuan Rumah Aceh Tenggara
Ketua panitia sekaligus Kepala Cabang Dinas (Kacabdin) Pendidikan Aceh Tenggara, Jufri, S.Pd., M.Si, menyampaikan rasa bangga karena Aceh Tenggara dipercaya menjadi tuan rumah kegiatan MGMP tiga mata pelajaran tersebut.
Sebanyak 65 peserta dari 23 kabupaten/kota di Aceh mengikuti pelatihan yang berlangsung sejak 11 hingga 14 Agustus 2025. Sebagian peserta menginap di mess SMK Negeri 2 Aceh Tenggara.
Jufri menyampaikan terima kasih kepada Disdik Aceh dan Yayasan HAkA atas dukungan penuh sehingga kegiatan berjalan lancar.
Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan penandatanganan perpanjangan Nota Kesepahaman (MoU) antara Dinas Pendidikan Aceh dan Yayasan HAkA mengenai penyusunan kurikulum muatan lokal Pendidikan Lingkungan dan Kawasan Ekosistem Leuser untuk SMA dan SMK di seluruh Aceh.
Kegiatan ini turut dihadiri Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Disdik Aceh, Junaidi, S.Pd., M.Pd, tenaga ahli Disdik Aceh Arman Fauzi, serta pemateri dari Fakultas MIPA Kimia Universitas Syiah Kuala (USK), Dr. Ir. Elly Supriadi, S.Si., M.Si.




