NUKILAN.id | Jakarta – Presiden Prabowo Subianto berstrategi dengan mengakomodir tokoh-tokoh dari partai non-parlemen dalam kabinetnya, langkah yang dinilai penting untuk menjaga stabilitas politik di Indonesia.
Dalam diskusi yang digelar di Jakarta, Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengungkapkan bahwa partai-partai seperti PSI, PBB, Garuda, Prima, dan Gelora, meskipun tidak memiliki kursi di DPR, tetap mendapatkan posisi di pemerintahannya.
“Ini adalah upaya Prabowo untuk menjaga stabilitas di luar parlemen,” ujar Arya.
Ia menambahkan bahwa penunjukan tokoh-tokoh dari kalangan bisnis, keagamaan, dan mantan aktivis turut menjadi bagian dari strategi tersebut.
“Kabinet Merah Putih ini besar karena Prabowo berusaha mengakomodir semua kepentingan yang ada,” lanjutnya.
Namun, strategi ini tidak tanpa risiko. Arya memperingatkan adanya potensi konflik internal di dalam kabinet besar yang mayoritas anggotanya berasal dari elite partai politik.
“Akan ada perebutan akses, terutama pada program-program strategis yang berpengaruh terhadap pemilih menjelang pemilu,” paparnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tahun-tahun awal pemerintahan akan diisi dengan restrukturisasi, tetapi menjelang pemilu, kompetisi internal di antara partai-partai koalisi dipastikan akan meningkat.
“Ini adalah momen di mana partai-partai akan mulai berkompetisi untuk mendapatkan akses ke program-program pemerintah yang bisa menarik suara pemilih,” tuturnya.
Arya juga mengingatkan tentang kemungkinan adanya konflik kepentingan antara anggota kabinet dan kelompok bisnis.
“Bagaimana menteri dan wakil menteri tersebut bisa meminimalkan konflik kepentingan dari kebijakan yang diambil adalah tantangan tersendiri,” jelasnya.
Dengan jumlah menteri dan wakil menteri yang melebihi seratus, Arya menyimpulkan bahwa akan ada dorongan untuk menambah jumlah anggota DPR pada pemilu mendatang, yang mencerminkan dampak langsung dari kebijakan kabinet saat ini.
“Ini adalah refleksi dari dinamika politik yang terus berkembang dalam konteks pemilu yang akan datang,” tutupnya.
Langkah Prabowo ini menunjukkan upayanya untuk membangun koalisi yang luas, meskipun risiko konflik internal dan tantangan dalam mengelola kepentingan politik tetap mengintai.
Editor: Akil