Nukilan.id – Tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional mengklaim telah berhasil mengidentifikasi dua spesies burung baru dari Pegunungan Meratus di wilayah tenggara Kalimantan. Dua burung ini diberi nama Cyornis kadayangensis atau sikatan kadayang dan Zosterops meratusensis atau kacamata meratus.
Penemuan dua spesies burung tersebut bermula dari penelitian yang dilakukan sejak 2016. Upaya pendeskripsian yang dilakukan oleh tim peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN bekerja sama dengan Lousiana State University, Amerika Serikat, ini berhasil dipublikasikan di Journal of Ornithology, 11 Januari 2022.
Peneliti dari Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Mohammad Irham mengungkapkan, penelitian burung jenis baru ini dilakukan melalui serangkaian proses. Proses dimaksud meliputi studi morfologi, asam deoksiribonukleat (DNA), serta vokalisasi dari jenis baru ini dan kerabatnya.
”Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa populasi Zosterops dan Cyornis di Pegunungan Meratus berbeda dari kerabatnya sehingga kami anggap sebagai spesies yang terpisah dan baru,” kata Irham, melalui pernyataan tertulis yang disiarkan BRIN, Selasa (29/3/2022).
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Tri Haryoko yang juga terlibat dalam penelitian ini menuturkan, dilihat dari penampakan fisik, burung kacamata meratus berwarna hijau zaitun dengan corak zaitun kekuningan pada tubuh bagian bawah. Kerabat terdekat spesies ini adalah kacamata laut atau Zosterops chloris dengan warna kuning yang lebih terang.
Sementara burung sikatan kadayang memiliki warna yang lebih khas, yaitu tubuh bagian atas yang berwarna biru dan bagian bawah berwarna coklat jingga terang sampai putih. Spesies ini berbeda dari sikatan dayak (Cyornis montanus) yang berwarna biru lebih pekat dan tubuh bawah kecoklatan tanpa warna putih.
Irham melanjutkan, Pegunungan Meratus yang terisolasi dari rantai pegunungan lain di Kalimantan membentuk komunitas fauna yang unik seperti yang terlihat pada kelompok burung. Mengenai status konservasi, kelestarian burung di Pegunungan Meratus mendapat potensi ancaman dari perubahan dan kerusakan habitat.
Wilayah dataran rendah Pegunungan Meratus telah mengalami perubahan sehingga menyisakan habitat yang relatif utuh di zona pegunungan di atas 500 meter di atas permukaan laut dengan luasan yang terbatas. Sementara ancaman lainnya adalah perburuan burung untuk memenuhi pasar burung berkicau.
”Perburuan ini mendorong populasi burung di Meratus ke jurang kepunahan. Oleh karena itu, konservasi habitat dan spesies di Pegunungan Meratus sangat penting untuk dilakukan,” lanjut Irham.
Penemuan ini menambah daftar spesies burung baru yang berhasil diidentifikasi peneliti BRIN atau Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebelum adanya peleburan. 2021 lalu, peneliti juga berhasil mengidentifikasi spesies baru burung buah satin di jurnal ilmiah IBIS pada 11 Juni 2021. Spesies ini ditemukan di Kawasan Pegunungan Kumawa, Kabupaten Kaimana, Papua Barat. [Betahita]