NUKILAN.id | Jakarta – Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) memfasilitasi pertemuan antara Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, yang akrab disapa Mualem, dengan pengusaha Hasyim Djojohadikusumo di Aula Arsari Group, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan ini, Mualem, yang didampingi oleh Ketua DPR Aceh, Zulfadli, A.Md, menyampaikan sejumlah tantangan yang dihadapi Aceh, serta membahas peluang investasi yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah pentingnya pembangunan fasilitas penggilingan gabah (rice mill) di Aceh. Mualem menjelaskan bahwa selama ini gabah dari Aceh harus dikirim ke Medan untuk digiling, kemudian kembali ke Aceh dalam bentuk beras. Proses ini menyebabkan tingginya harga beras dan mengurangi keuntungan bagi petani Aceh.
“Selama ini, gabah dari Aceh dikirim ke Medan untuk digiling, kemudian kembali ke Aceh dalam bentuk beras. Ini menyebabkan harga beras menjadi mahal dan petani kita tidak menikmati keuntungan secara optimal,” ujar Mualem.
Gubernur Aceh tersebut juga menegaskan bahwa Pemerintah Aceh sangat terbuka terhadap investasi yang dapat memberikan dampak positif langsung bagi masyarakat. Ia menyebutkan beberapa sektor potensial yang perlu perhatian lebih, seperti sektor perikanan.
Pembangunan pabrik pengalengan ikan tuna di Aceh, menurutnya, dapat menjadi peluang besar untuk menyerap tenaga kerja lokal. Selain itu, Mualem juga menekankan pentingnya reaktivasi Pabrik Kertas Aceh yang sudah lama tidak beroperasi.
Tak hanya itu, Mualem juga meminta agar lahan ASEAN Aceh Fertilizer (AAF) yang masih berada di bawah wewenang pemerintah pusat dapat segera diserahkan kepada Pemerintah Aceh untuk dimanfaatkan secara maksimal.
Menanggapi hal tersebut, Hasyim Djojohadikusumo memberikan respons positif. Ia menawarkan solusi cepat dan efisien untuk penggilingan gabah di Aceh melalui teknologi rice mill mini. Teknologi ini, menurut Hasyim, sudah terbukti fleksibel dan cocok diterapkan di daerah-daerah sentra pertanian, terutama yang jauh dari fasilitas penggilingan besar.
“Saya akan bantu hadirkan rice mill mini ke Aceh dan segera menghubungi para investor untuk melihat langsung potensi yang ada,” ujar Hasyim.
Teknologi ini, yang dikembangkan bersama mitra teknologi seperti Siki Shor dan Akiva, dinilai sangat cocok untuk daerah-daerah terpencil. Selain itu, teknologi rice mill mini juga diharapkan dapat mempercepat proses penggilingan gabah dan menekan biaya distribusi.
Pertemuan ini turut dihadiri oleh Ketua DPR Aceh, Zulfadli; Sekretaris Daerah Aceh, M. Nasir Syamaun; dan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Iskandar Zulkarnaen. Dalam kesempatan tersebut, Iskandar memaparkan potensi Sabang sebagai pelabuhan bebas dan hub logistik kawasan.
“Sabang telah ditetapkan sebagai pelabuhan bebas sejak 25 tahun lalu. Kini saatnya kita optimalkan sebagai pintu gerbang perdagangan regional,” ujar Iskandar.
Dengan berbagai peluang investasi dan pengembangan yang diutarakan dalam pertemuan tersebut, Aceh diharapkan dapat memanfaatkan potensi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.