BPBA: 77 Hektare Lahan Terbakar di Aceh Sepanjang Juli 2025 Berhasil Dipadamkan

Share

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Aceh selama Juli 2025 terjadi sebanyak 25 kali dengan total luas lahan terdampak mencapai 77 hektare. Seluruh titik api tersebut kini telah berhasil dipadamkan.

“Khusus bulan Juli 2025, karhutla terjadi sebanyak 25 kali dan membakar seluas 77 hektare lahan,” kata Plt Kepala Pelaksana BPBA, Teuku Nara Setia, di Banda Aceh, Kamis (7/8/2025).

Jika dihitung sejak Januari hingga Juli 2025, karhutla di Aceh tercatat sebanyak 51 kali kejadian dengan luas lahan terbakar 174 hektare. Kerugian materiil diperkirakan mencapai Rp27 miliar.

Secara keseluruhan, BPBA mencatat 237 bencana alam dan non-alam di Aceh sepanjang tujuh bulan pertama 2025. Bencana tersebut menelan 10 korban jiwa dengan total kerugian mencapai Rp165 miliar.

“Dari 237 peristiwa tersebut, kebakaran pemukiman masih mendominasi yakni sebanyak 91 kali, dan membakar 255 rumah,” ujarnya.

Selain korban meninggal, BPBA mencatat ada sepuluh orang luka-luka serta 4.838 kepala keluarga atau 11.033 jiwa terdampak bencana. Sebanyak 348 orang harus mengungsi, dan total 1.936 rumah mengalami kerusakan.

Untuk kebakaran pemukiman, sebanyak 91 kejadian menghanguskan 255 rumah dengan kerugian diperkirakan Rp52 miliar. Sementara banjir terjadi 34 kali dan merendam 1.232 rumah dengan nilai kerugian Rp48 miliar.

Bencana lainnya, angin puting beliung tercatat 33 kali, merusak 375 rumah, lima sekolah, dan dua masjid dengan kerugian Rp32 miliar. Longsor terjadi 20 kali dan merusak 12 rumah warga dengan kerugian Rp1,5 miliar. Gempa bumi tercatat lima kali dengan magnitudo antara 4,4 hingga 5,2 SR.

“Berikutnya abrasi, terjadi dua kali, berdampak untuk delapan rumah rusak berat dan 50 rumah terendam milik 58 KK. Terakhir gelombang pasang terjadi satu kali di Desa Lhok Puuk, Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara,” katanya.

Teuku Nara mengingatkan, meningkatnya kasus karhutla pada Juli 2025 menjadi peringatan agar masyarakat tidak mengeksploitasi hutan secara berlebihan. Fungsi hutan sebagai resapan air, kata dia, sangat penting untuk mencegah bencana banjir, longsor, maupun kebakaran hutan dan lahan.

Kedepan, BPBA akan memperkuat langkah mitigasi guna meminimalisir kerusakan dan korban akibat bencana. Ia menegaskan bahwa penanggulangan bencana membutuhkan keterlibatan semua pihak.

“Kami terus berupaya agar BPBA bersama semua unsur pemerintahan dan masyarakat Aceh terus berupaya meningkatkan mitigasi bencana agar jumlah kejadian bencana bisa terus turun dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Teuku Nara menambahkan, pengurangan risiko bencana perlu disertai pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan partisipatif dalam kajian, perencanaan, pengorganisasian, dan aksi bersama berbagai pemangku kepentingan.

“Langkah ini penting sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat/komunitas yang mampu mengelola lingkungan dan mengurangi risiko bencana, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Aceh,” tutupnya.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News