Bersih dan Bebas Bau, TPA di Jambi Terapkan Sistem Sanitary Landfill

Share

Nukilan.id – Seperti yang kita ketahui bahwa sampah-sampah yang berasal dari berbagai tempat akan dikumpulkan, dikelola, dan dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) atau landfill. TPA menjadi tempat untuk memproses dan meminimalkan dampak sampah terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Berdasarkan sistem operasionalnya, ada tiga metode pembuangan akhir sampah, yaitu sanitary landfill, controlled landfill, dan open dumping.

Di Indonesia, metode open dumping atau membuang sampah di lahan terbuka paling banyak ditemukan. Namun, open dumping sendiri memiliki dampak negatif pada lingkungan dan menyebabkan kesan kumuh, kotor, bau, dan jadi sumber penyakit. Sebaliknya, teknologi sanitary landfill dapat digunakan untuk menghapus kesan-kesan negatif tersebut dan menciptakan TPA yang lebih ramah lingkungan.

Salah satu TPA di Indonesia yang menggunakan metode sanitary landfill adalah TPA Talang Gulo di Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kecamatan Kota Baru, Jambi, Provinsi Jambi. Dibangun sejak tahun 1997, TPA tersebut awalnya masih dioperasikan dengan sistem open dumping, kemudian dikembangkan menggunakan teknologi sanitary landfill.

Seperti apa proses pengembangan sanitary landfill tersebut?

Pengembangan sanitary landfill di TPA Talang Gulo

Dijelaskan dalam buku “Pengantar Kesehatan Lingkungan”, seperti dikutip Katadata.co.id,sanitary landfill adalah sistem pemusnahan sampah yang dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang ditimbun selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka sehingga tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat.

Adapun proses pembuangan sampah di sanitary landfill dilakukan dengan cara ditimbun. Sebelumnya, permukaan dasar di TPA harus dilapisi dengan tanah lempung dan geomembran agar air lindi tidak merembes dan mencemari air tanah.

Pada pengembangan TPA Sampah Talang Gulo merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia melalui Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR dengan Pemerintah Jerman dalam Program Emission Reduction in Cities–Solid Waste Management (ERIC-SWM). Proyek ini diketahui telah dikerjakan sejak tahun 2018-2020 dengan biaya senilai 14 juta euro atau sekitar Rp218 miliar.

TPA Sampah Talang Gulo merupakan pilot project program ERIC-SWM karena TPA eksisting Talang Gulo sudah overload dan dikhawatirkan tidak akan bisa lagi menampung sampah yang ditimbulkan setiap harinya. Selain Jambi, akan ada kota dan kabupaten lain yang akan menjadi percontohan dalam program sanitary landfill, termasuk Kota Malang, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Jombang.

Untuk merealisasikan sanitary landfill di Jambi, dibangun TPA sampah yang baru dan lokasinya sama dengan TPA lama. Dengan luas lahan 21,3 hektare, pembangunan infrastruktur TPA Talang Gulo meliputi pembangunan area landfill seluas 5,2 hektare, sarana pengolahan air lindi berkapasitas 250 meter kubik per hari, sarana pemilahan sampah berkapasitas 35 ton per hari, sarana pengolahan kompos berkapasitas 15 ton per hari. Selain itu dibangun juga fasilitas penunjang seperti gapura, kantor pengelola, jembatan timbang, dan lokakarya.

Bagaimana membangun sistem sanitary landfill di TPA? Pada dasarnya dilakukan pelapisan lahan pembuangan di TPA dengan menggunakan tiga lapis perlindungan lingkungan. Pertama dipasang lapisan kedap berupa geosynthetic clay liner bahan geosintetis (GCL) setebal 1 cm di atas tanah asli yang telah dipadatkan agar air lindi tidak mencemari tanah. Lapisan kedua dan ketiga ialah berupa lapisan impermeabel dan geotextile.

Setelah itu, air lindi akan ditampung dan disalurkan ke kolam penampungan IPL (Instalasi Pengolahan Lindi) yang memiliki sistem pemurnian bertahap dan dilengkapi bak kontrol. Hasilnya adalah mengurangi aroma tidak sedap, mengedepankan konsep ramah lingkungan, dan meminimalkan pencemaran tanah, udara, dan air di sekitarnya.

Sebelum TPA Sampah Talang Gulo, sebenarnya program serupa pernah diterapkan di TPA Manggar di Kelurahan Manggar, Kecamatan Balikpapan Timur. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2019.

Kala itu, Jokowi mengatakan bahwa TPA Sampah Manggar merupakan pemprosesan akhir sampah terbaik di Indonesia, hijau, tidak bau, dan bersih. Adapun pembangunan dilakukan dengan anggaran yang tak terlalu besar, yaitu Rp160 miliar.

TPA Manggar memiliki luas lahan 9,1 hektare dan penerapan sanitary landfill telah dilakukan sejak tahun 2017 meliputi pembangunan 3 unit sel landfill, unit pengolahan air lindi, pagar pembatas lahan, jalan
operasional, jembatan timbang, hanggar alat berat, pos jaga, gazebo, dan normalisasi saluran air.

Pembangunan TPA Manggar juga melahirkan inovasi yaitu pemanfaatan gas metana dari sampah sebagai sumber listrik untuk penerangan yang juga menjadi bahan bakar alternatif kompor gas bagi 20 hingga 160 KK di sekitar lokasi. [GNFI]

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News