Berawal dari Modal Rp 500.000, Pasangan Suami Istri Ini Sukses Bisnis Sambal Khas Aceh

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Berangkat dari kegelisahan melihat petani cabai merugi akibat harga anjlok, pasangan suami istri Yuliana dan Murtala Hendra Syahputra memutuskan untuk mencari solusi. Mereka pun merintis bisnis sambal rawit hijau khas Aceh dengan merek Capli, yang kini berkembang pesat hingga merambah pasar luar Aceh.

Dikutip dari Kompas.com, kisah ini bermula pada tahun 2018, ketika Yuliana yang bekerja di sebuah lembaga survei inflasi mendengar keluhan seorang petani cabai rawit hijau dari dataran tinggi Gayo. Petani itu mengaku mengalami kerugian setiap kali panen karena harga cabai yang merosot drastis.

“Kalau kayak gini kita enggak mungkin tinggal diam. Jadi harus ada solusi yang kita berikan ke petani. Karena makin lama petani ini akan menjerit dan orang enggak akan pernah mau lagi nanam cabai kalau kondisinya seperti ini,” ujar Yuliana.

Didorong oleh keinginan membantu petani, pasangan ini mulai melakukan riset dan bereksperimen dengan berbagai formulasi. Akhirnya, mereka sepakat untuk memproduksi sambal berbahan dasar cabai rawit hijau yang dipasok dari para petani. Agar produk mereka lebih tahan lama, mereka menggunakan asam sunti—bumbu khas Aceh—sebagai pengawet alami.

Dengan modal awal hanya Rp 500.000, Yuliana dan Murtala memulai usahanya dari dapur rumah. Mereka menggunakan blender sederhana untuk meracik sambal.

“Awal modal itu cuma Rp 500.000 di tahun 2018. Hanya dengan blender rumah tangga yang masih kita pakai di rumah kita sendiri,” kenang Yuliana.

Awalnya, sambal Capli hanya terjual sekitar 60 botol per bulan dengan omzet harian sekitar Rp 60.000. Mereka memasarkan produk di swalayan, kios-kios kecil, serta melalui pameran UMKM. Tak jarang, mereka menjual langsung ke ibu-ibu arisan yang gemar menikmati makanan berkuah dengan tambahan sambal pedas.

“Karena kan dia cocok. Kalau ibu-ibu arisan itu kan suka makan yang berkuah-kuah, jadi kita jual langsung ke situ,” ujar Murtala.

Namun, perjalanan bisnis mereka tidak selalu mulus. Pada tahun 2022, mereka mengalami kerugian hingga Rp 40 juta akibat kesalahan produksi. Saat itu, mereka mencoba menggunakan alat produksi baru yang mereka desain sendiri. Sayangnya, prosesnya tidak berjalan sesuai harapan dan banyak produk yang akhirnya tidak memenuhi standar kualitas.

“Kita kerugian waktu tahun 2022 itu sampai Rp 40 juta. Barang expired karena tidak sesuai standar,” kata Murtala.

Meski menghadapi tantangan besar, Yuliana dan Murtala tidak menyerah. Kini, mereka berhasil membawa bisnis sambal khas Aceh ini ke level yang lebih tinggi. Mereka mendirikan PT Rayeuk Aceh Utama dan mulai memasarkan produk mereka di berbagai retail modern. Omzet mereka pun melonjak hingga Rp 50 juta per bulan.

Tak hanya itu, usaha mereka kini turut memberdayakan sekitar 100 petani cabai di Aceh. Dengan semakin berkembangnya bisnis, mereka juga memperluas jangkauan distribusi, bahkan hingga ke Pulau Kalimantan.

Pada tahun 2023, mereka mendapat dukungan dari Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa dana sebesar Rp 128 juta. Dana tersebut digunakan untuk membangun fasilitas produksi yang lebih besar. Rencananya, akhir Februari ini mereka akan mulai pindah dari ruko kecil ke lokasi produksi yang lebih luas.

“Harapan kita dengan adanya pabrik yang baru ini, sebenarnya belum pabrik besar sih, masih mini pabrik lah kalau dibilang, tapi satu langkah lebih maju lah dari tempat kita yang saat ini yang mudah-mudahan dampaknya akan semakin besar,” ungkap Yuliana.

Ke depan, mereka berencana membangun pusat produksi baru di Aceh Besar sebagai bagian dari strategi ekspansi.

“Dan harapan kita nanti di tahun ini pun sentral baru terbangun. Kalau selama ini kan di Aceh hanya satu sentral, yaitu ada di Aceh Tengah. Dengan adanya pemberdayaan ini akan terbangun lagi sentral baru di Aceh Besar,” tambahnya.

Kisah perjuangan Yuliana dan Murtala menjadi bukti bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, usaha kecil bisa berkembang menjadi bisnis besar yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga membawa manfaat bagi banyak orang.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News