Bencana dan Ketahanan Ekonomi Rakyat Aceh

Share

NUKILAN.id | OPINI – Bencana alam yang kembali melanda Aceh dan sejumlah wilayah di Sumatra tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik dan duka kemanusiaan, tetapi juga mengguncang sendi ekonomi masyarakat. Bagi banyak warga, terutama di wilayah pedesaan dan pesisir, banjir, longsor, dan gempa berarti terhentinya sumber penghasilan dalam waktu singkat. Kondisi ini menunjukkan bahwa dampak bencana perlu dilihat tidak hanya sebagai persoalan darurat, tetapi juga sebagai tantangan ekonomi jangka menengah dan panjang. 

Aktivitas ekonomi rakyat merupakan sektor yang paling rentan saat bencana terjadi. Lahan pertanian terendam, peralatan usaha rusak, hasil panen gagal dipetik, dan aktivitas perdagangan terhenti. Nelayan pun menghadapi keterbatasan melaut akibat kerusakan sarana dan kondisi alam yang belum stabil. Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, bencana sering kali berarti hilangnya modal usaha yang dikumpulkan dalam waktu lama. 

Dalam konteks ini, penanganan bencana tidak cukup hanya berfokus pada bantuan darurat. Bantuan logistik dan kebutuhan dasar memang penting pada fase awal, namun pemulihan ekonomi masyarakat perlu menjadi bagian dari agenda utama pascabencana. Tanpa pemulihan mata pencaharian, risiko kemiskinan dan kerentanan sosial akan semakin meningkat. 

Pemerintah pusat dan daerah telah menunjukkan komitmen dalam penanganan bencana melalui berbagai program bantuan dan pemulihan. Namun, tantangan ke depan adalah memastikan bahwa program pemulihan ekonomi benar-benar menjangkau masyarakat paling terdampak. Pendekatan berbasis data dan kondisi lokal sangat diperlukan agar bantuan tidak bersifat seragam, melainkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah. 

Pemulihan ekonomi rakyat juga membutuhkan pelibatan aktif masyarakat. Petani, nelayan, dan pelaku UMKM perlu dilibatkan dalam proses perencanaan agar program yang dijalankan selaras dengan realitas lapangan. Skema bantuan modal bergulir, perbaikan sarana produksi, serta pendampingan usaha dapat menjadi langkah awal untuk membantu masyarakat kembali mandiri secara ekonomi. 

Selain itu, peran sektor swasta dan lembaga sosial dapat menjadi penguat dalam proses pemulihan. Kolaborasi lintas sektor memungkinkan percepatan pemulihan ekonomi melalui penyediaan akses permodalan, pasar, dan pelatihan keterampilan. Dalam kerangka ini, komunikasi yang transparan dan saling percaya menjadi kunci agar kerja sama berjalan efektif dan berkelanjutan. 

Bencana juga memberikan pelajaran penting tentang keterkaitan antara ekonomi dan lingkungan. Kerusakan alam yang terjadi akibat bencana berpengaruh langsung pada keberlangsungan usaha masyarakat. Oleh karena itu, upaya pemulihan ekonomi seharusnya berjalan seiring dengan pengelolaan lingkungan yang lebih berkelanjutan, seperti rehabilitasi lahan, pengelolaan daerah aliran sungai, dan perlindungan kawasan pesisir. 

Aceh memiliki pengalaman panjang dalam membangun kembali ekonomi masyarakat pascabencana. Modal sosial yang kuat, semangat gotong royong, dan solidaritas antarwarga menjadi kekuatan utama dalam menghadapi masa sulit. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, kolaborasi lintas sektor, serta komunikasi publik yang empatik, pemulihan ekonomi rakyat Aceh dapat berjalan lebih cepat dan berkeadilan. 

Bencana memang membawa kerugian besar, tetapi juga menjadi momentum untuk menata kembali sistem ekonomi yang lebih tangguh. Ketahanan ekonomi rakyat bukan hanya soal bangkit dari kerugian, melainkan tentang membangun masa depan yang lebih siap menghadapi risiko. Dalam konteks itulah, pemulihan ekonomi pascabencana harus dipandang sebagai investasi sosial jangka panjang bagi Aceh.

Oleh: Devi Khairunnisa (Mahasiswa Ilmu Komunikasi, UNISKA Banjarmasin Kalimantan Selatan)

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News