Nukilan.id – Provinsi Aceh tercatat menjadi provinsi dengan tingkat produksi kopi arabika terbesar ke-2 di Sumatera. Pada tahun 2018, Aceh mampu menghasilkan 58.009 Ton kopi arabika atau sedikit berada di bawah Sumatera Utara dengan 58.315 ton. Namun demikian untuk kopi robusta, angka produksi Aceh masih jauh di bawah provinsi lainnya di Sumatera. Pada tahun 2018, Aceh hanya mampu menghasilkan 6.803 Ton kopi robusta, tertinggal jauh dibandingkan dengan Sumatera Selatan (184.168 ton) dan Lampung (106.716 ton).
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh, Achris Sarwani dalam keteranganya kepada Nukilan.id, Senin (14/3/2022).
Ia menyebutkan, adapun beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produksi kopi robusta yang ada di Aceh Jaya, Salah satunya yaitu penerapan teknologi budidaya perkebunan yang belum optimal, baik itu pada teknik budidaya maupun panen dan pasca panen. Permasalahan tersebut ditandai dengan masih rendahnya produktivitas hasil dan kualitas hasil komoditas perkebunan yang dihasilkan.
Dengan demikian, kata Achris, untuk meningkatkan produktifitas hasil panen dari sisi hulu, diperlukan pembekalan kepada calon petani champion berupa tata cara budidaya sesuai GAP (Good Agriculture Practice). Kehadiran teknologi, inovasi dan juga pengembangan akses pemasaran juga perlu diperlukan agar kualitas dan kuantitas produksi kopi menjadi optimal sehingga dapat menggerakan perekonomian daerah Aceh Jaya.
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, lanjutnya, Bank Indonesia bersama-sama dengan pemerintah Aceh Jaya dan kelompok tani Mudah Raseuki saling bahu membahu dalam pengembangan klaster Kopi Robusta di Aceh Jaya.
Kata Achris, kegiatan tersebut direalisasikan dengan cara pembukaan dua demplot percontohan. Pertama yaitu demplot rehabilitasi (miliik warga Gp. Sabet) yang difungsikan sebagai sarana pembelajaran untuk perawatan dan rehabilitasi. Kedua yaitu demplot intensifikasi, berupa pembukaan demplot baru sebagai sarana pelatihan dan praktik budidaya benih, penanaman dan treatment awal fase awal pertumbuhan.
Setelah dilakukan pembukaan demplot, Bank Indonesia juga bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia untuk mendatangkan mentor dan menjadi narasumber pada pembekalan kelompok tani. Adapun kemampuan yang telah dimiliki petani selama 2 termin pelatihan antara lain: persiapan media pembibitan, teknik utama pembibitan (baik dari kecambah maupun stek), teknik pemindahan tanaman, pembuatan media tanam di lahan, pemupukan, perawatan tanaman, pemangkasan, pengendalian hama, pengolahan pupuk organik serta integrated farming.
Selanjutnya, kata Achris, setelah mendapatkan beberapa pelatihan, kelompok tani Mudah Raseuki diharapkan mampu mengembangkan āRumah Benihā dan menjual bibit Kopi Robusta secara mandiri agar mampu membuka sumber pendapatan baru. Setelah selesai menjalani pelatihan dan pembekalan, kelompok tani Mudah Raseuki juga diharapkan menjadi trigger yang dapat menggerakkan petani sekitar untuk mampu melakukan budidaya sesuai GAP.
Untuk diketahui, pada Sabtu, 12 Maret 2022 kemarin, telah dilakukan seremonial tanam bersama bibit Kopi Robusta Aceh Jaya hasil pembenihan bibit pada pelatihan termin ke-1 di tahun 2021.
Seremonial tersebut dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh; Achris Sarwani, Ketua MPU Aceh; Tgk. H Faisal Ali, Sekda Aceh Jaya; Mustafa Ibrahim, Kakanwil DJP; Imanul Hakim, Kepala dinas Pertanian Aceh Jaya; Teuku Reza Fahlevi, Camat Jaya; Syamsuddin, Staff Ahli Bupati; Khaizar dan perwakilan dari BPP Jaya yaitu Eddy Irawan. Seremonial ini merupakan wujud kekompakan dan Kerjasama Bank Indonesia dan stakeholder untuk bersama-sama melakukan pengembangan ekonomi lokal (LED).
āTarget yang ingin dicapai oleh Bank Indonesia pasca penanaman hari ini yaitu dapat melakukan panen di bulan ke-18 dengan hasil produksi lebih dari 1 ton per hektar,ā pungkas Achris Sarwani dalam sambutannya sebelum melakukan seremonial penanaman dengan diiringi oleh antusias petani Mudah Raseuki. []