NUKILAN.id | Banda Aceh – Curah hujan yang tinggi selama tiga hari terakhir menyebabkan banjir dan tanah longsor melanda sejumlah kabupaten di Aceh, seperti Pidie, Pidie Jaya, Aceh Singkil, Aceh Barat, dan Aceh Jaya. Kondisi ini memaksa warga menghadapi kerusakan rumah dan ancaman gagal panen di tengah minimnya respons pemerintah.
Di Kabupaten Pidie, hujan deras sejak Jumat (22/11) sore hingga Sabtu (23/11) malam mengakibatkan luapan sungai yang merendam sedikitnya 13 kecamatan di wilayah pesisir Selat Malaka.
“Ratusan rumah warga terendam, dan ribuan hektare sawah yang baru ditanami kini seperti danau,” ujar Ridwan, seorang petani di Kemukiman Garot, Kecamatan Indrajaya, Minggu (24/11).
Ridwan menambahkan, jika hujan tak segera reda, tanaman padi di sawah dan persemaian berisiko mati terendam. Hal ini semakin mengancam ketahanan pangan lokal.
Sementara itu, jalur nasional Beureunuen-Pidie yang menghubungkan Aceh Barat turut terdampak longsor. Sedimen tanah longsor pada Jumat (22/11) malam menutupi badan jalan di lintasan Desa Geunie, Kecamatan Tangse.
“Lalu lintas baru bisa dilanjutkan setelah pembersihan dilakukan oleh aparat terkait bersama TNI,” ujar Muhammad Khaifal, tokoh pemuda setempat.
Di Aceh Singkil, puluhan rumah warga di Kecamatan Singkil terendam banjir sejak Sabtu (23/11). Ini merupakan banjir kedua yang melanda kawasan tersebut dalam dua pekan terakhir. Hingga kini, warga mengeluhkan tidak adanya bantuan dari pemerintah daerah.
“Belum ada bantuan apapun dari Pemkab maupun Pemprov. Kami merasa kecewa karena pemerintah seolah tidak peduli dengan kondisi korban banjir,” keluh seorang warga.
Bencana banjir dan longsor ini menyoroti perlunya langkah cepat dari pemerintah untuk membantu korban dan memitigasi dampak kerusakan. Dengan intensitas hujan yang masih tinggi, risiko bencana susulan pun tetap membayangi sejumlah wilayah di Aceh.
Editor: Akil