NUKILAN.id | Jakarta – Dalam upaya menarik perhatian wisatawan, bajaj kini dipromosikan sebagai salah satu kendaraan ikonik Jakarta, mengikut jejak popularitas tuk-tuk di Thailand. Kali ini, tim Nukilan.id berkesempatan menjajal pengalaman unik ini dan merasakan pesona kota melalui salah satu moda transportasi tradisional.
Pengemudi bajaj tidak hanya berfungsi sebagai sopir, tetapi juga sebagai pemandu wisata. Hal ini memberikan pengalaman menarik bagi wisatawan yang ingin menjelajahi Jakarta.
“Saat menaiki bajaj, penumpang tidak hanya diajak berkeliling, tetapi juga mendapatkan informasi menarik tentang tempat-tempat yang dilalui,” ungkap salah satu pengemudi, Sapri kepada Nukilan.id, Sabtu (12/10/2024).
Bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi naik bajaj, tarif yang ditawarkan cukup terjangkau. Sapri menjelaskan, biaya naik bajaj tergantung jarak tempuh. Untuk jarak dekat, biasanya saya menetapkan tarif mulai dari Rp15 ribu.
“Misalnya, dari Jalan Prof DR Soepomo ke Stasiun Tebet, yang berjarak sekitar 2 kilometer, tarifnya Rp15 ribu. Namun, untuk jarak lebih jauh seperti Stasiun Gambir yang berjarak sekitar 7 kilometer, tarifnya bisa mencapai Rp50 ribu,” kata Sapri.
Sapri, yang merupakan pengemudi bajaj berusia lanjut, menjelaskan bahwa ia biasanya mencari penumpang di sekitar Jalan Soepomo dan akan beroperasi mulai pukul 05.00 WIB hingga 19.30 WIB.
“Saya ngetem di sini sembari menunggu penumpang. Selain itu, ada juga pangkalan di wilayah Tanah Abang dan beberapa stasiun besar seperti Gambir serta Manggarai,” tambahnya.
Menariknya, dalam transaksi antara sopir dan penumpang, terdapat ruang untuk negosiasi harga.
“Saat ingin bertransaksi, penumpang sering kali menawar tarif. Misalnya, saya tawarkan Rp25 ribu, tetapi ada yang menawar menjadi Rp15 ribu. Ini sudah menjadi kebiasaan sejak lama,” ujar Sapri.
Dengan tarif yang terjangkau dan pengalaman unik yang ditawarkan, bajaj semakin memantapkan posisinya sebagai salah satu ikon wisata Jakarta. Wisatawan dapat menikmati perjalanan sambil menyaksikan kehidupan kota yang dinamis, menjadikan bajaj bukan sekadar alat transportasi, tetapi juga bagian dari pengalaman budaya Jakarta. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah