NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Garuda Indonesia menuai apresiasi luas setelah salah satu penerbangnya menyapa jemaah haji asal Aceh dengan menggunakan bahasa daerah. Momen haru itu terjadi dalam penerbangan kloter pertama dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Aceh Besar menuju Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi.
Kejadian itu berawal dari viralnya sapaan seorang pilot Garuda dengan kode penerbangan GIA2101. Ia menyampaikan pengumuman lewat pengeras suara dalam Bahasa Aceh, membuat suasana di kabin penuh haru dan kebanggaan.
Pilot yang menyapa dengan bahasa ibu tersebut adalah Ichsan, pria kelahiran Asoe Nanggroe, Banda Aceh, tahun 1980. Tahun ini, ia kembali dipercaya membawa jemaah haji Aceh menggunakan pesawat Boeing 777-300 ER berkapasitas 400 penumpang.
“Senang sekali hampir setiap musim haji saya dipercaya oleh perusahaan penerbangan tempat saya bekerja untuk mengangkut jamaah haji asal Aceh, dan bisa menyampaikan info penerbangan dengan bahasa Aceh dari ruang kabin. Ini merupakan suatu kebanggaan bagi saya,” sebut bapak muda beranak satu, Rabu (21/5/2025).
Ichsan memulai kariernya sebagai karyawan di maskapai lokal Seulawah Air pada 2001. Dua tahun kemudian, ia hijrah ke Batavia Air. Namun, saat maskapai tersebut menghentikan operasinya, Ichsan tidak menyerah. Ia memutuskan untuk mengejar pendidikan pilot pada 2009. Empat tahun berselang, pada 2013, ia bergabung dengan Garuda Indonesia.
Dedikasinya selama bertahun-tahun di dunia penerbangan akhirnya membawa kebanggaan tersendiri, terutama bagi masyarakat Aceh.
Penggunaan Bahasa Aceh Dinilai Efektif
General Manager Garuda Indonesia wilayah Aceh, Nano Setiawan, mengapresiasi inisiatif sang pilot. Ia menilai penggunaan bahasa daerah tidak hanya simbolis, tetapi juga memiliki dampak praktis.
“Memang kemarin cukup viral saat kru kami dari Aceh menyampaikan pengumuman dalam bahasa Aceh di dalam pesawat. Ini salah satu terobosan yang menurut saya tidak dilakukan di embarkasi lain,” ujar Nano dalam perbincangan bersama RRI Banda Aceh di Bandara SIM, Kamis (22/5/2025).
Menurut Nano, sapaan dalam bahasa Aceh memudahkan komunikasi, khususnya dengan jemaah lanjut usia yang tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia atau Arab. Ini menjadi salah satu bentuk pelayanan yang menyentuh aspek emosional sekaligus kultural.
Respons Positif dan Fasilitas Tambahan
Terobosan ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Banyak yang menganggapnya sebagai bentuk penghormatan terhadap identitas lokal dan kepedulian pada kenyamanan jemaah.
Langkah ini, lanjut Nano, sejalan dengan semangat pelayanan Garuda Indonesia yang ingin menghadirkan pengalaman terbaik bagi jemaah haji.
“Kita ingin memastikan bahwa pelayanan menyentuh aspek emosional dan kultural jemaah. Ketika mereka mendengar bahasa ibu mereka di udara, itu memberikan rasa tenang dan nyaman,” tambah Nano.
Selain aspek komunikasi, Garuda Indonesia juga menyediakan berbagai fasilitas tambahan. Di antaranya adalah ransel khusus untuk keperluan jemaah selama di Arafah, bus ber-AC, serta toilet untuk mendukung perjalanan dari asrama ke bandara dan saat kepulangan nanti.
Dengan semua inovasi tersebut, Garuda Indonesia bukan hanya mengantar jemaah menunaikan ibadah. Mereka juga ikut mengangkat kebanggaan budaya lokal ke langit internasional. (xrq)
Editor: Akil