Akademisi USK Sebut Fasilitas Kampus di UK Sangat Komprehensif: Ada yang Cuma-cuma

Share

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – United Kingdom atau Inggris masih menjadi salah satu negara tujuan favorit bagi mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studi. Tak hanya karena reputasi institusi pendidikannya yang mendunia, tetapi juga karena fasilitas kampus yang sangat mendukung dan perhatian besar terhadap kesejahteraan mahasiswa internasional.

Hal ini disampaikan oleh Saddam Rassanjani, akademisi FISIP Universitas Syiah Kuala yang saat ini sedang melanjutkan program doktoralnya di UK. Dalam wawancara bersama Nukilan.id pada Minggu (25/5/2025), Saddam membagikan pengalamannya selama menempuh pendidikan di Negeri Ratu Elizabeth tersebut.

“Fasilitas di kampus UK sangat mendukung proses belajar. Perpustakaan digital lengkap banget, dari e-book sampai jurnal-jurnal terbaru,” ungkapnya.

Menurutnya, dukungan akademik yang diberikan kampus di Inggris tidak berhenti pada penyediaan sumber belajar semata. Ada banyak layanan penunjang lain yang bisa diakses secara cuma-cuma oleh mahasiswa.

“Selain itu, ada academic writing support, career service, sampai mental health support. Mereka cukup perhatian sama kondisi mental mahasiswa, apalagi untuk mahasiswa internasional yang jauh dari negara asalnya,” tambahnya.

Ia juga menyebutkan pentingnya layanan konseling dalam menunjang kesehatan mental mahasiswa, terutama mereka yang tengah mengalami tekanan akademik atau kerinduan terhadap kampung halaman.

“Ada layanan konseling yang bisa diakses gratis kalau butuh ngobrol atau butuh bantuan,” katanya.

Saddam menekankan bahwa dukungan sosial dari komunitas pelajar Indonesia juga menjadi elemen penting yang membuat mahasiswa merasa lebih nyaman dan tidak terasing selama tinggal di luar negeri.

“Yang juga bikin betah adalah komunitas pelajar Indonesia yang aktif. Di sini kami sering ngumpul, masak bareng, makan makanan Indonesia, bahkan bikin pengajian. Jadi rasa home-sick bisa berkurang karena tetap merasa punya keluarga di rantau,” jelasnya.

Namun demikian, di balik berbagai kenyamanan yang ditawarkan, Saddam tak menampik bahwa ada tantangan yang cukup besar harus dihadapi oleh mahasiswa Indonesia saat pertama kali menjejakkan kaki di Inggris. Salah satunya adalah persoalan bahasa.

“Tantangan utama yang sering dialami adalah kendala bahasa terutama di awal-awal,” katanya.

Menurutnya, meskipun banyak mahasiswa Indonesia telah belajar bahasa Inggris sejak kecil, tetap saja adaptasi akademik tidak mudah. Diskusi ilmiah dan penulisan akademik memerlukan keahlian yang berbeda dari sekadar kemampuan komunikasi dasar.

“Meski kita sudah belajar (Bahasa Inggris) dari kecil, tetap beda rasanya ketika harus nulis akademik atau berdiskusi di forum ilmiah,” ujarnya.

Tantangan lainnya datang dari iklim dan lingkungan yang jauh berbeda dengan Indonesia. Cuaca ekstrem, terutama saat musim dingin, kerap memengaruhi suasana hati dan semangat belajar.

“Cuaca juga cukup ekstrem, terutama pas winter. Siang cepat gelap, suhu bisa minus derajat, dan ini yang kadang bikin mood belajar turun,” kata Saddam.

Bagi mahasiswa muslim, perubahan ekstrem pada waktu ibadah juga menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga rutinitas spiritual di tengah padatnya jadwal kuliah dan riset.

“Bagi muslim, tantangannya juga ada di perubahan waktu shalat. Misalnya pas summer, isya bisa jam 11 malam ke atas. Subuh jam 2 kurang udah mulai, jam 4 lewat itu udah terang benderang. Jadi ritme tidur sangat kacau,” terangnya.

Meski demikian, semua tantangan tersebut sebanding dengan berbagai keuntungan besar yang bisa diperoleh mahasiswa selama menempuh studi di Inggris.

“Tapi di balik tantangan itu, banyak banget keuntungannya. Kita bisa belajar dari sistem pendidikan yang sangat berkualitas, fasilitas memadai, memperluas jaringan internasional, dan mengembangkan kapasitas riset kita,” tutupnya.

Pengalaman Saddam menjadi gambaran bagaimana Inggris mampu menghadirkan lingkungan belajar yang tidak hanya unggul dalam aspek akademik, tetapi juga manusiawi dan inklusif. Ini menjadi alasan mengapa negeri ini tetap menjadi magnet kuat bagi pelajar Indonesia yang ingin meningkatkan kapasitas diri di panggung global. (XRQ)

Reporter: Akil

spot_img

Read more

Local News