NUKILAN.id | Feature – Di sebuah sudut Aceh Besar, di balik bukit-bukit yang terbungkus kehijauan abadi, tersembunyi sebuah permata alam yang memesona: Air Terjun Suhom. Tempat ini adalah pelukan alam yang lembut, di mana gemuruh air bertemu dengan ketenangan dedaunan, menciptakan harmoni yang menenangkan jiwa.
Dalam perjalanan menuju Suhom, aku mendengar kisah-kisah tentang tempat ini, tentang alirannya yang murni seperti doa, dan pepohonan yang mengiringinya seperti saksi bisu waktu. Terpikat oleh cerita-cerita itu, aku pun berangkat ke sana, ingin merasakan sendiri keajaiban yang tersembunyi di jantung Aceh Besar.
Perjalanan ke Air Terjun Suhom dimulai dari Banda Aceh, ibukota provinsi yang ramai tetapi penuh kehangatan. Jalanan berliku membawaku ke arah barat, menyusuri tepian Samudra Hindia yang biru dan memanjakan mata.
Semakin jauh, jalanan semakin sepi, membawaku ke desa-desa kecil dengan rumah-rumah kayu sederhana. Penduduk setempat menyapaku ramah, menunjukkan arah dengan senyuman yang tulus.
“Terus saja ke arah pegunungan, nanti kau akan mendengar suara air sebelum melihatnya,” kata seorang pemuda desa dengan logat Aceh yang kental.
Benar saja, setelah menempuh jalan kecil yang dipagari pepohonan rimbun, aku mendengar suara itu. Gemuruh air, seperti seruan lembut yang mengundangku mendekat.
Air Terjun Suhom pertama kali menampakkan dirinya dengan kemegahan yang sederhana tetapi memikat. Dari kejauhan, aku melihat alirannya yang jatuh dari ketinggian, memecah menjadi butiran-butiran air yang berkilauan terkena sinar matahari.
Di sekelilingnya, hutan tropis berdiri seperti penjaga setia. Pepohonan besar dan semak belukar menciptakan kanopi alami yang membuat suasana terasa sejuk, meskipun matahari bersinar terik di langit.
Ketika aku semakin dekat, suara air yang jatuh menjadi lebih nyata, hampir seperti alunan musik yang diciptakan oleh alam. Aku melepas alas kakiku dan melangkah ke tepi sungai kecil yang dialiri air dari Suhom. Rasanya dingin, menyegarkan, seperti menyentuh esensi dari sesuatu yang murni dan tak tersentuh.
Keajaiban Tiga Tingkatan
Air Terjun Suhom tidak hanya menawarkan satu aliran air; ia memiliki tiga tingkatan yang masing-masing memiliki pesona tersendiri. Tingkat pertama adalah yang paling mudah diakses, dengan kolam alami di bawahnya. Di sini, air mengalir dengan lembut, menciptakan tempat yang sempurna untuk menceburkan diri dan merasakan kesejukan yang luar biasa.
“Banyak orang datang ke sini hanya untuk menikmati kolam ini,” kata Pak Mahmud, seorang penduduk lokal yang sering memandu wisatawan. “Tapi jika kau ingin melihat keajaiban sesungguhnya, naiklah ke tingkat kedua dan ketiga.”
Aku pun mengikuti sarannya. Jalur menuju tingkat kedua sedikit lebih menantang, dengan jalan setapak yang licin dan berbatu. Namun, rasa lelahku terbayar ketika aku tiba di sana. Aliran air yang lebih deras jatuh dengan kekuatan yang menggetarkan, menciptakan kabut tipis yang membasahi wajahku.
Di tingkat ketiga, suasananya lebih sunyi, hampir sakral. Di sini, suara air menjadi lebih dominan, menghilangkan semua kebisingan pikiran. Aku duduk di sebuah batu besar, membiarkan air yang jatuh menciptakan simfoni alami yang memenuhi indra.
Keunikan Flora dan Fauna di Sekitar Suhom
Hutan yang mengelilingi Air Terjun Suhom adalah dunia kecil yang penuh kehidupan. Pohon-pohon raksasa berdiri tegak, akar-akarnya mencengkeram tanah seperti tangan yang kuat. Beberapa burung beterbangan di atas, bersiul dalam irama yang seolah-olah melengkapi gemuruh air.
Pak Mahmud menunjukkan padaku bunga-bunga liar yang tumbuh di tepi sungai, beberapa di antaranya adalah tanaman endemik Aceh. Ada juga kera ekor panjang yang bermain di dahan-dahan, mengintip penasaran dari kejauhan.
“Kera-kera itu tidak akan mengganggumu jika kau tidak mengganggu mereka,” kata Pak Mahmud sambil tersenyum.
Keberadaan fauna ini menjadi pengingat bahwa Suhom bukan hanya milik manusia, tetapi juga rumah bagi makhluk-makhluk lain.
Legenda yang Menghidupkan Suhom
Setiap tempat memiliki ceritanya, dan Air Terjun Suhom tidak terkecuali. Pak Mahmud bercerita tentang legenda yang dipercaya oleh penduduk setempat.
“Dulu, air terjun ini adalah tempat meditasi seorang ulama besar,” katanya. “Konon, ia sering berdoa di sini, memohon keberkahan bagi desa-desa di sekitarnya.”
Penduduk juga percaya bahwa air dari Suhom memiliki khasiat penyembuhan. Banyak yang datang untuk membasuh wajah atau mengambil air untuk dibawa pulang, sebagai simbol keberkahan dan harapan.
Sejenak Merenung di Suhom
Di tepi air terjun, aku duduk dan membiarkan pikiranku melayang. Suhom terasa seperti tempat yang melampaui dimensi waktu. Ia adalah pertemuan antara keindahan visual, suara alam, dan rasa tenang yang sulit dijelaskan.
Aku memikirkan bagaimana tempat ini telah ada selama berabad-abad, menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Mungkin, di masa lalu, para pejuang Aceh pernah singgah di sini untuk beristirahat. Mungkin, di masa depan, Suhom akan terus mengalir, meski wajah-wajah yang datang dan pergi berubah.
Meski begitu indah, Air Terjun Suhom juga menghadapi tantangan. Sampah yang ditinggalkan oleh wisatawan adalah salah satu masalah yang mulai terlihat.
“Kami berusaha menjaga tempat ini tetap bersih,” kata Pak Mahmud. “Tapi kesadaran dari pengunjung sangat penting.”
Usaha komunitas lokal untuk melestarikan Suhom patut diapresiasi. Mereka tidak hanya menjaga kebersihan, tetapi juga memberikan panduan kepada wisatawan tentang bagaimana menghormati alam.
“Kami ingin Suhom tetap seperti ini,” tambah Pak Mahmud. “Indah, tenang, dan penuh kehidupan.”
Suhom, Sebuah Simfoni Alam
Saat matahari mulai tenggelam, aku berjalan menjauh dari Suhom. Namun, gemuruh airnya seolah-olah tetap mengikutiku, melekat di ingatan.
Air Terjun Suhom bukan sekadar destinasi wisata; ia adalah tempat di mana alam berbicara, mengajarkan tentang harmoni dan keindahan yang murni. Di sini, aku belajar untuk menghargai sesuatu yang sering terlupakan dalam kehidupan modern—ketenangan, kesederhanaan, dan hubungan dengan alam.
Suhom adalah simfoni yang terus mengalun, mengundang siapa saja untuk mendengarkan dan merasakan. Dan meskipun langkahku menjauh, aku tahu, suara itu akan selalu ada, menanti untuk menyambut siapa pun yang ingin menemukan keajaiban yang tersembunyi di Aceh Besar.