NUKILAN.id | Jakarta – Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI) menegaskan komitmennya untuk mendorong pemanfaatan energi angin guna mengurangi penggunaan energi fosil dalam Kebijakan Energi Nasional. Langkah ini diambil untuk mencapai target bauran energi nasional pada tahun 2050.
Ketua Dewan Pembina AEAI, Feiral Rizky Batubara, menyatakan bahwa pihaknya siap berkolaborasi dengan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam Kebijakan Energi Nasional.
“Energi angin memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan, dan kami akan bekerja keras untuk memastikan bahwa potensi ini dapat diwujudkan,” ujar Feiral di Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Feiral optimistis Indonesia akan mencapai 30 persen energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi pada tahun 2050.
“Kami percaya bahwa Indonesia dapat mencapai target ambisiusnya dalam meningkatkan porsi EBT menjadi 30 persen pada tahun 2050. Energi angin akan menjadi bagian integral dari upaya ini, dan AEAI siap untuk menjadi mitra strategis dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” tambahnya.
Kolaborasi dengan Pemerintah dan Lembaga Internasional
AEAI berkomitmen untuk memberikan masukan dan menjalin kerja sama dengan pemerintah guna mengembangkan industri angin di Indonesia. Selain itu, mereka juga membina kemitraan dengan lembaga dalam dan luar negeri.
“AEAI juga menjadi mitra pemerintah pusat dan daerah dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, khususnya energi angin, dalam rangka meningkatkan ketahanan energi nasional,” ujar Feiral.
Potensi Energi Angin Indonesia 155 GW
PT PLN (Persero), melalui subholding PLN Nusantara Power (NP), menjalin kolaborasi dengan Powerchina International Group Limited (Powerchina) untuk mengakselerasi bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Nota Kesepahaman (MoU) antara kedua belah pihak ditandatangani pada Kamis (9/11), yang mencakup joint feasibility pengembangan potensi energi angin di Indonesia.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan bahwa kerja sama dengan Powerchina merupakan upaya PLN untuk mendorong transisi energi. “Kita bersama-sama menghadapi tantangan krisis perubahan iklim. Untuk itu, kita berkomitmen membangun kemitraan yang kuat guna mengubah tantangan tersebut menjadi peluang,” jelas Darmawan.
Darmawan menjelaskan bahwa potensi total energi angin di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 155 Gigawatt (GW). Selain pengembangan potensi angin, kedua pihak juga menyepakati kajian pengembangan lain seperti pembangkit tenaga angin lepas pantai di Samudera Hindia dan Pasifik serta pembangkit berbasis EBT lainnya seperti tenaga hidro, biomassa, surya, dan ombak.
Target Net Zero Emissions 2060
Direktur Utama PLN NP, Ruly Firmansyah, menambahkan bahwa kolaborasi dengan Powerchina adalah bagian dari upaya PLN Group untuk membantu pemerintah Indonesia mencapai target net zero emissions pada tahun 2060.
“Kolaborasi ini tidak hanya menjanjikan kesuksesan dari sisi bisnis, namun juga berdampak signifikan di tingkat global dan punya potensi mengubah wajah industri energi,” kata Ruly.
Vice President Director of Powerchina International Group Limited, Zhou Jiayi, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menyukseskan berbagai proyek penambahan bauran EBT di Indonesia bersama PLN. Meskipun menghadapi tantangan geografis, Jiayi optimistis bahwa kolaborasi ini akan terus berlanjut dan dapat mengatasi semua hambatan dengan teknologi yang memadai.
“Kami punya sejarah panjang bekerja sama dengan PLN. Harapannya, segera kita akan uji coba bersama dan mengupayakan beberapa strategi tambahan untuk meningkatkan pemanfaatan EBT di Indonesia,” tutup Jiayi.
Editor: Akil