NUKILAN.id | Jakarta – Tarmizi Age, seorang pemerhati Aceh mengatakan bahwa banyak warga Aceh yang terpaksa meninggalkan tanah air untuk mencari pekerjaan di luar daerah, termasuk ke Malaysia, akibat kurangnya lapangan pekerjaan di Aceh.
Malaysia menjadi salah satu tujuan utama bagi warga Aceh, baik pria maupun wanita, yang mencari pekerjaan.
“Banyak yang beranggapan di Malaysia bisa mendapat pekerjaan, mendapat gaji, lalu bisa menafkahi keluarga,” kata Tarmizi, di Jakarta, Sabtu (25/5/2024).
Ia menekankan bahwa Pemerintah Aceh harus memperhatikan masalah ini dengan serius dan segera membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Aceh.
“Tanpa lapangan pekerjaan, maka Aceh akan selalu terkonotasi sebagai daerah miskin, dengan warganya yang harus hidup mencari nafkah di perantauan,” tambahnya.
Sebagai putra Aceh, Tarmizi Age memberikan masukan kepada pemerintah Aceh untuk segera menangani masalah ini dengan membuka lapangan kerja sebagai langkah untuk menampung anak bangsa yang membutuhkan pekerjaan.
“Pemerintah Aceh wajib membuka lapangan pekerjaan, karena keberadaan pemerintah pada intinya untuk mensejahterakan rakyat,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa jika masalah kekurangan lapangan pekerjaan ini tidak segera diatasi, maka akan menjadi bom waktu bagi Aceh dalam menghadapi tantangan ekonomi dan kebutuhan keluarga di rumah-rumah.
Namun, bekerja di Malaysia juga bukan tanpa tantangan. Baru-baru ini, Ketua Pengarah Imigresen Malaysia YBhg. Dato Ruslin bin Jusoh mengeluarkan beberapa arahan, salah satunya adalah penangkapan Pendatang Tanpa Izin (PATI).
Setelah konflik berkepanjangan mereda dan tsunami dahsyat yang melanda Aceh, masalah kurangnya pekerjaan ini menjadi bencana berikutnya bagi warga Aceh. Oleh karena itu, pemerintah Aceh harus mengambil langkah-langkah cepat dan tepat dalam menjawab tantangan pembukaan lapangan pekerjaan untuk rakyat, pungkasnya.
Editor: Akil Rahmatillah